Memecah Keheningan Malam

Label:

Oleh Abu Mushlih Ari Wahyudi 
Imam Bukhari meriwayatkan dalam Kitab al-'Ilm hadits dari Ummu Salamah radhiyallahu'anha, beliau menceritakan: Pada suatu malam, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam terbangun dari tidur, lalu beliau berkata, “Subhanallah! Fitnah [keburukan] apakah gerangan yang diturunkan pada malam ini, dan perbendaharaan [harta] apakah yang akan dibukakan [untuk kita]. Bangunkanlah orang-orang yang terlelap di kamar-kamar itu [istri-istri beliau, pent]. Betapa banyak perempuan yang berpakaian di dunia namun telanjang di akhirat.” (HR. Bukhari [115], lihat Fath al-Bari [1/255)

Para pembaca yang budiman, hadits ini dicantumkan oleh Imam Bukhari rahimahullah dalam beberapa tempat di dalam Shahih-nya sebagai berikut:
  • Di Kitab al-'Ilm di bawah judul bab; Menyampaikan ilmu dan nasihat di malam hari (lihat Shahih Bukhari, cet. al-Iman. Hal. 40)
  • Di Kitab at-Tahajjud di bawah judul bab; Dorongan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam untuk sholat malam dan sholat-sholat sunnah lainnya namun beliau tidak mewajibkannya (lihat Shahih Bukhari, hal. 234. Hadits no. 1126)
  • Di Kitab al-Manaqib di bawah judul bab; Tanda-tanda kenabian yang muncul di masa Islam [setelah beliau diangkat menjadi Nabi, pent] (lihat Shahih Bukhari, hal. 752. Hadits no. 3599)
  • Di Kitab al-Libas di bawah judul bab; Jenis pakaian dan alas yang dibolehkan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam (lihat Shahih Bukhari, hal. 1218. Hadits no. 5844)
  • Di Kitab al-Aadab di bawah judul bab; Ucapan takbir dan tasbih ketika takjub (lihat Shahih Bukhari, hal. 1272. Hadits no. 6218)
  • Di Kitab al-Fitan di bawah judul bab; Tidaklah datang suatu masa kecuali masa sesudahnya pasti lebih buruk (lihat Shahih Bukhari, hal. 1416. Hadits no. 7069)

    Hadits yang agung ini mengandung banyak pelajaran untuk kita, di antaranya:
    • Bolehnya mengadakan ta'lim/pengajian di malam hari, dan hal ini menunjukkan bahwa larangan berbicang-bincang setelah sholat 'isyak -dalam hadits lainnya- itu yang dimaksud adalah apabila bukan dalam kebaikan (lihat Fath al-Bari [1/255])
    • Bolehnya mengucapkan 'Subhanallah' ketika merasa takjub/heran terhadap sesuatu (lihat Fath al-Bari [1/256])
    • Anjuran untuk berdzikir/mengingat Allah setelah bangun tidur (lihat Fath al-Bari [1/256])
    • Hendaknya seorang suami membangunkan istrinya di malam hari untuk menunaikan ibadah terlebih lagi tatkala terjadi/muncul tanda-tanda kebesaran Allah (lihat Fath al-Bari [1/256])
    • Anjuran untuk bersegera melakukan sholat tatkala merasa takut datangnya keburukan, demikian pula kebiasaan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam kalau sedang merasa tertekan akibat suatu perkara maka beliau segera menunaikan sholat (lihat Fath al-Bari [1/257])
    • Boleh mengucapkan tasbih (subhanallah) ketika menyaksikan sesuatu yang mengerikan (maksudnya turunnya fitnah dsb, pent) (lihat Fath al-Bari [1/257])
    • Hendaknya seorang ahli ilmu/guru memberikan peringatan kepada orang-orang yang mengambil ilmu darinya [murid] untuk mewaspadai segala sesuatu yang mungkin akan terjadi dan semestinya dia juga menunjukkan kepada mereka apa yang mesti mereka perbuat ketika menjumpai kejadian semacam itu (lihat Fath al-Bari [1/257])   
    • Anjuran untuk mengerjakan sholat malam (lihat Fath al-Bari [3/13])
    • Tidak boleh mengenakan pakaian tipis/tidak menutup aurat dengan sempurna sehingga menampakkan lekuk-lekuk tubuh perempuan, karena perbuatan itu akan membuat mereka telanjang di akhirat kelak [di neraka] (lihat Fath al-Bari [10/342])
    • Yang menjadi bahan pelajaran adalah keumuman lafal suatu dalil, bukan kekhususan sebabnya (lihat Fath al-Bari [13/28])
    • Peringatan akan munculnya fitnah harta setelah berbagai penaklukan kaum muslimin terhadap negeri-negeri yang lain (lihat Fath al-Bari [13/28])
    • Anjuran untuk berdoa dan merendahkan diri dalam memohon perlindungan kepada Allah ketika terjadinya fitnah/kekacauan, lebih utama lagi berdoa pada malam hari karena pada saat itu diharapkan datangnya waktu dikabulkannya doa, demi keselamatan orang yang berdoa ataupun yang didoakan (lihat Fath al-Bari [13/28])
    • Iman kepada hari akhirat, bahwasanya apa yang kita perbuat di dunia ini harus kita pertanggung jawabkan kelak di akhirat. Oleh sebab itu kita harus mempersiapkan diri dengan baik untuk menyambut datangnya hari itu. Dan bekal yang bermanfaat ketika itu adalah ketakwaan dan keimanan kepada Allah
    • Rumah tangga yang ideal adalah yang dibangun di atas landasan ketakwaan kepada Allah, dimana sesama mereka saling mengingatkan dalam kebaikan dan memperingatkan dari segenap keburukan yang akan timbul, sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersama istri-istrinya.
    • Keutamaan para istri Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam yang menyampaikan kepada kita Sunnah-Sunnah beliau tatkala berada di rumah yang mungkin banyak tidak diketahui oleh para sahabat lelaki

      Hanya ini yang bisa kami susun, semoga bermanfaat. Wallahu a’lam. Wa shallallahu 'ala Nabiyyina Muhammadin wa 'ala alihi wa shahbihi wa sallam. Walhamdulillahi Rabbil 'alamin.

       
      Test © 2010 | Designed by My Blogger Themes | Blogger Template by Blog Zone