Sikap-Sikap yang di Sukai dan Tidak di Sukai Manusia

Label:

Oleh Ustadz Fariq bin Gasim Anuz
SIKAP-SIKAP YANG DISUKAI MANUSIA

[a]. Manusia Suka Kepada Orang Yang Memberi Perhatian Kepada Orang Lain.

Diantara bentuk perhatian kepada orang lain, ialah mengucapkan salam,menanyakan kabarnya, menengoknya ketika sakit, memberi hadiah dan sebagainya.Manusia itu membutuhkan perhatian orang lain. Maka, selama tidak melewatibatas-batas syar’i, hendaknya kita menampakkan perhatian kepada orang lain.seorang anak kecil bisa berprilaku nakal, karena mau mendapat perhatian orangdewasa. orang tua kadang lupa bahwa anak itu tidak cukup hanya diberi materisaja. Merekapun membutuhkan untuk diperhatikan, ditanya dan mendapat kasihsayang dari orang tuanya. Apabila kasih sayang tidak didapatkan dari orangtuanya, maka anak akan mencarinya dari orang lain.

[b]. Manusia Suka Kepada Orang Yang Mau Mendengar Ucapan Mereka.

Kita jangan ingin hanya ucapan kita saja yang didengar tanpa bersedia mendengarucapan orang lain. kita harus memberi waktu kepada orang lain untuk berbicara.Seorang suami –misalnya- ketika pulang ke rumah dan bertemu istrinya, walaupunmasih terasa lelah, harus mencoba menyediakan waktu untuk mendengar istrinyabercerita. Istrinya yang ditinggal sendiri di rumah tentu tak bisa berbicaradengan orang lain. Sehingga ketika sang suami pulang, ia merasa senang karenaada teman untuk berbincang-bincang. Oleh karena itu, suami harus mendengarkandahulu perkataan istri. Jika belum siap untuk mendengarkannya, jelaskanlahdengan baik kepadanya, bahwa dia perlu istirahat dulu dan nanti ceritanyadilanjutkan lagi.

Contoh lain, yaitu ketika teman kita berbicara dan salah dalam bicaranya itu,maka seharusnya kita tidak memotong langsung, apalagi membantahnya dengankasar. kita dengarkan dulu pembicaraannya hingga selesai, kemudian kitajelaskan kesalahannya dengan baik.

[c]. Manusia Suka Kepada Orang Yang Menjauhi Debat Kusir.

Allah berfirman. “Artinya: “Serulah kepada jalan Rabbmu dengan hikmah, dannasehat yang baik, dan debatlah mereka dengan cara yang baik,” Syaikh MuhammadNashiruddin Al-Albani rahimahullah dalam kasetnya, menerangkan tentang ayat :“Serulah kepada jalan Rabbmu dengan hikmah”. Beliau berkata, “manusia tidaksuka kepada orang yang berdiskusi dengan hararah (dengan panas). Karena umumnyaorang hidup dengan latar belakang…….. dan pemahaman yang berbeda dengan kita danitu sudah mendarah daging…….. sehingga para penuntut ilmu, jika akan berdiskusidengan orang yang fanatik terhadap madzhabnya, (maka) sebelum berdiskusi diaharus mengadakan pendahuluan untuk menciptakan suasana kondusif antara diadengan dirinya. target pertama yang kita inginkan ialah agar orang itumengikuti apa yang kita yakini kebenarannya, tetapi hal itu tidaklah mudah.Umumnya disebabkan fanatik madzhab, mereka tidak siap mengikuti kebenaran.target kedua, minimalnya dia tidak menjadi musuh bagi kita. Karena sebelumnyatercipta suasana yang kondusif antara kita dengan dirinya. Sehingga ketika kitamenyampaikan yang haq, dia tidak akan memusuhi kita disebabkan ucapan yang haqtersebut. Sedangkan apabila ada orang lain yang ada yang berdiskusi dalampermasalahan yang sama, namun belum tercipta suasana kondusif antara dia dengandirinya, tentu akan berbeda tanggapannya.

[d]. Manusia Suka Kepada Orang Yang Memberikan Penghargaan Dan PenghormatanKepada Orang Lain.

Nabi mengatakan, bahwa orang yang lebih muda harus menghormati orang yang lebihtua, dan yang lebih tua harus menyayangi yang lebih muda. Permasalahan inikelihatannya sepele. Ketika kita shalat di masjid…… namun menjadikan seseorangtersinggung karena dibelakangi. Hal ini kadang tidak sengaja kita lakukan. Olehkarena itu, dari pengalaman kita dan orang lain, kita harus belajar danmengambil faidah. Sehingga bisa memperbaiki diri dalam hal menghormati oranglain. Hal-hal yang membuat diri kita tersinggung, jangan kita lakukan kepadaorang lain. Bentuk-bentuk sikap tidak hormat dan pelecehan, harus kita kenalidan hindarkan.

Misalnya, ketika berjabat tangan tanpa melihat wajah yang diajaknya. Halseperti itu jarang kita lakukan kepada orang lain. Apabila kita diperlakukankurang hormat, maka kita sebisa mungkin memakluminya. Karena -mungkin- orang lainbelum mengerti atau tidak menyadarinya. Ketika kita memberi salam kepada oranglain, namun orang tersebut tidak menjawab, maka kita jangan langsung menuduhorang itu menganggap kita ahli bid’ah atau kafir. Bisa jadi, ketika itu diasedang menghadapi banyak persoalan sehingga tidak sadar ada yang memberi salamkepadanya, dan ada kemungkinan-kemungkinan lainnya. Kalau perlu didatangidengan baik dan ditanyakan, agar persoalannya jelas. Dalam hal ini kita dianjurkanuntuk banyak memaafkan orang lain.

Allah berfirman.
“Artinya: “Terimalah apa yang mudah dari akhlaq mereka dan perintahkanlah oranglain mengerjakan yang ma’ruf serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh.”[Al-A’raaf : 199]

[e]. Manusia Suka Kepada Orang Yang Memberi Kesempatan Kepada Orang Lain UntukMaju.

Sebagai seorang muslim, seharusnya senang jika saudara kita maju, berhasil ataumendapatkan kenikmatan, walaupun secara naluri manusia itu tidak suka, jika adaorang lain yang melebihi dirinya. Naluri seperti ini harus kita kekang dandikikis sedikit demi sedikit. Misalnya, bagi mahasiswa. Jika di kampus adateman muslim yang lebih pandai daripada kita. Maka kita harus senang. Jika kitaingin seperti dia, maka harus berikhtiar dengan rajin belajar dan tidakbermalas-malasan. Berbeda dengan orang yang dengki, tidak suka jika temannyalebih pandai dari dirinya. Malahan karena dengkinya itu dia bisa-bisa memboikottemannya dengan mencuri catatan pelajarannya dan sebagainya.

[f]. Manusia Suka Kepada Orang Yang Tahu Berterima Kasih Atau Suka MembalasKebaikan.

Hal ini bukan berarti dibolehkan mengharapkan ucapan terima kasih atau balasandari manusia jika kita berbuat kebaikan terhadap mereka. Akan tetapi hendaklahtidak segan-segan untuk mengucapkan terima kasih dan membalas kebaikan yangdiberikan orang lain kepada kita.

[g]. Manusia Suka Kepada Orang Yang Memperbaiki Kesalahan Orang Lain TanpaMelukai Perasaannya.

Kita perlu melatih diri untuk menyampaikan ungkapan kata-kata yamg tidakmenyakiti perasaan orang lain.Dalam sebuah buku diceritakan, ada seorang suami yang memberikan ceramah dalamsuatu majelis dengan bahasa yang cukup tinggi, sehingga tidak bisa dipahamioleh yang mengikuti majelis tersebut. Ketika pulang, dia menanyakan pendapatistrinya tentang ceramahnya. Istrinya menjawab dengan mengatakan, bahwa jikaceramah tersebut disampaikan di hadapan para dosen, maka tentunya akan tepatsekali.

Ucapan itu merupakan sindiran halus, bahwa ceramah itu tidak tepat disampaikandi hadapan hadirin saat itu, dengan tanpa mengucapkan perkataan demikian. Halini bukan berarti kita harus banyak berbasa-basi atau bahkan membohongi oranglain. Namun hal ini agar tidak melukai perasaan orang, tanpa kehilangan maksuduntuk memperbaikinya.

SIKAP-SIKAP YANG TIDAK DISUKAI MANUSIA

Kita mempelajari sikap-sikap yang tidak disukai manusia agar terhindar darisikap seperti itu. Maksud dari sikap yang tidak disukai manusia, ialah sikapyang menyelisihi syariat. berkaitan dengan sikap-sikap yang tidak disukaimanusia, tetapi Allah ridho, maka harus kita utamakan. Dan sebaliknya, terhadapsikap-sikap yang dibenci oleh Allah, maka harus kita jauhi.

Adapun perbuatan-perbuatan yang tidak disukai manusia ialah sebagai berikut.

[1]. Memberi Nasehat Kepadanya Di Hadapan Orang Lain.

Al Imam Asy Syafii berkata dalam syairnya yang berbunyi
Sengajalah engkau memberi nasehat kepadaku ketika aku sendirian
Jauhkanlah memberi nasehat kepadaku dihadapan orang banyak
Karena sesungguhnya nasehat yang dilakukan dihadapan manusia
Adalah salah satu bentuk menjelek – jelekkan
Aku tidak ridho mendengarnya
Apabila engkau menyelisihiku dan tidak mengikuti ucapanku
Maka janganlah jengkel apabila nasehatmu tidak ditaati

Kata nasehat itu sendiri berasal dari kata nashala, yang memiliki arti khalasa,yaitu murni. Maksudnya, hendaklah jika ingin memberikan nasehat itu memurnikanniatnya semata-mata karena Allah. Selain itu, kata nasehat juga bermaknakhaththa, yang artinya menjahit. Maksudnya, ingin memperbaiki kekurangan oranglain. maka secara istilah, nasehat itu artinya keinginan seseorang yang memberinasehat agar orang yang diberi nasehat itu menjadi baik.

[2]. Manusia Tidak Suka Diberi Nasehat Secara Langsung.

Hal ini dijelaskan Al Imam Ibn Hazm dalam kitab Al Akhlaq Was Siyar FiMudawatin Nufus, hendaklah nasehat yang kita berikan itu disampaikan secaratidak langsung. Tetapi, jika orang yang diberi nasehat itu tidak mengerti juga,maka dapatlah diberikan secara langsung.

Ada suatumetoda dalam pendidikan, yang dinamakan metoda bimbingan secara tidak langsung.Misalnya sebuah buku yang ditulis oleh Syaikh Shalih bin Humaid, imam masjidilHaram, berjudul At Taujihu Ghairul Mubasyir (bimbingan secara tidak langsung).

Metoda ini perlu dipraktekkan, walaupun tidak mutlak. Misalnya, ketika melihatbanyak kebid’ahan yang dilakukan oleh seorang ustadz di suatu pengajian, makakita tanyakan pendapatnya dengan menyodorkan buku yang menerangkankebid’ahan-kebid’ahan yang dilakukannya.

[3]. Manusia Tidak Suka Kepada Orang Yang Selalu Memojokkannya Dengan Kesalahan-Kesalahannya.

Yang dimaksud dengan kesalahan-kesalahan disini, yaitu kesalahan yang tidakfatal; bukan kesalahan yang besar semisal penyimpangan dalam aqidah. Karenamanusia adalah makhluk yang banyak memiliki kekurangan-kekurangan pada dirinya.

Syaikh Shalih bin Abdul Aziz Alus Syaikh menjelaskan dalam ceramahnya, bahwaada empat fenomena yang mengotori dakwah Ahlu Sunnah Wal Jamaah.
  • Memandang sesuatu hanya dari satu sisi, yaitu hanya dalam masalah-masalahijtihadiyah.
  • Isti’jal atau terburu-buru.
  • Ta’ashub atau fanatik.
  • Thalabul kamal atau menuntut kesempurnaan.

Syaikh Shalih menjelaskan, selama seseorang berada di atas aqidah yang benar,maka kita seharusnya saling nasehat-menasehati, saling mengingati antara satudengan yang lain. bukan saling memusuhi. Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda yang artinya,“janganlah seorang mukmin membenci istrinya, karena jika dia tidak suka dengansatu akhlaknya yang buruk, dia akan suka dengan akhlaqnya yang baik."

Imam Ibn Qudamah menjelaskan dalam kitab Mukhtasar Minhajul Qashidin, bahwa adaempat kriteria yang patut menjadi pedoman dalam memilih teman.
  • Aqidahnya benar.
  • Akhlaqnya baik.
  • Bukan dengan orang yang tolol atau bodoh dalam hal berprilaku. Karenadapat menimbulkan mudharat.
  • Bukan dengan orang yang ambisius terhadap dunia atau bukan orang yangmaterialistis.

[4]. Manusia Tidak Suka Kepada Orang Yang Tidak Pernah Melupakan Kesalahan OrangLain.

Sebagai seorang muslim, kita harus bisa memafkan dan melupakan kesalahan oranglain atas diri kita. tidak secara terus-menerus mengungkit-ungkit, apalagimenyebut-nyebutnya di depan orang lain. terkadang pada kondisi tertentu,membalas kejahatan itu bisa menjadi suatu keharusan atau lebih utama. SyaikhUtsaimin dalam kitab Syarh Riyadush Shalihin menjelaskan, bahwa memaafkandilakukan bila terjadi perbaikan atau ishlah dengan pemberian maaf itu. Jikatidak demikian, maka tidak memberi maaf lalu membalas kejahatannya.

[5]. Manusia Tidak Suka Kepada Orang Yang Sombong.

Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak akan masuk surga, barangsiapa yang di dalam hatinya ada sifat sombong, walau sedikit saja…….. ” sombongitu adalah menolak kebenaran dan merendahkan orang lain. ada beberapa faktoryang bisa menyebabkan manusia menjadi sombong.
  • Harta atau uang.
  • Ilmu.
  • Nasab atau keturunan.

[6]. Manusia Tidak Suka Kepada Orang Yang Terburu-Buru Memvonis Orang Lain.

Dr. Abdullah Al Khatir rahimahullah menjelaskan, bahwa di masyarakat adafenomena yang tidak baik. Yaitu sebagian manusia menyangka, jika menemukanorang yang melakukan kesalahan, mereka menganggap, bahwa cara yang benar untukmemperbaikinya, ialah dengan mencela atau menegur dengan keras. Padahal paraulama memilik kaedah, bahwa hukum seseorang atas sesuatu, merupakan cabangpersepsinya atas sesuatu tersebut.

[7]. Manusia Tidak Suka Kepada Orang Yang Mempertahankan Kesalahannya, Atau OrangYang Berat Untuk Rujuk Kepada Kebenaran Setelah Dia Meyakini KebenaranTersebut.

Syaikh Abdurrahman bin Yahya Al Mu’allimi rahimahullah berkata, “pintu hawanafsu itu tidak terhitung banyaknya”. oleh karena itu, kita harus berusahamenahan hawa nafsu dan menundukkannya kepada kebenaran. Sehingga lebihmencintai kebenaran daripada hawa nafsu kita sendiri.

[8]. Manusia Tidak Suka Kepada Orang Yang Menisbatkan Kebaikan Kepada Dirinya DanMenisbatkan Kejelekan Kepada Orang Lain.

Syaikh Utsaimin rahimahullah dalam kasetnya yang menjelaskan syarh Hilyatul‘ilm, tentang adab ilmu. Beliau menjelaskan, bahwa jika kita mendapati atsardari salaf yang menisbatkan kebaikan kepada dirinya, maka kita harus husnudzan.Bahwa hal itu diungkapkan bukan karena kesombongan, tetapi untuk memberikannasehat kepada kita.

Dalam kitab Ighasatul Lahfan, Al Imam Ibn Qayyim menjelaskan, bahwa manusiadiberi naluri untuk mencintai dirinya sendiri. Sehingga apabila terjadiperselisihan dengan orang lain, maka akan menganggap dirinya yang berada dipihak yang benar, tidak punya kesalahan sama sekali. sedangkan lawannya, beradadi pihak yang salah. Dia merasa dirinya yang didhalimi dan lawannyalah yangberbuat dhalim kepadanya. Tetapi, jika dia memperhatikan secara mendalam,kenyataannya tidaklah demikian.

*….Oleh karena itu, kita harus terus introspeksi diri dan hati-hati dalamberbuat. Agar bisa menilai apakah langkah kita sudah benar. Wallahu a’lam….*

[Sumber : Majalah As-Sunnah edisi 03 – 04/ V11/ 1424/ 2003 M. Diterbitkan olehYayasan Lajnah Istiqomah, Jl Solo Purwodadi Km 8 Selokaton Gondangrejo Solo57183]

Sumber: Artikel facebook PendudukBumi Azzi Al-Qolam

 
Test © 2010 | Designed by My Blogger Themes | Blogger Template by Blog Zone