Jihad Yang Paling Diwajibkan
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami.” [Al-Ankabut:29]
Ibnu Qayyim rahimahullah mengatakan:
“Allah Subhanahu wa ta’ala mengkaitkan antara hidayah dengan jihad, orang yang paling sempurna hidayahnya adalah yang paling besar jihadnya. Jihad yang paling diwajibkan adalah: jihad hawa nafsu, jihad syetan dan jihad dunia. Barang siapa memerangi empat musuh itu karena Allah, maka Allah akan menunjukkan kepadanya jalan yang di ridhai-Nya, yang akan menghantarkannya kepada surga. Barang siapa yang meninggalkan jihad itu, maka ia akan ditelan hawa nafsunya, sejauh ia tidak memeranginya.”
Al-Junaid (wafat 297 H / 910 M) menafsirkan:
“Barang siapa memerangi hawa nafsunya karena Kami (Allah) dengan cara bertaubat, maka Kami benar-benar akan menunjukkan jalan keikhlasan. Orang yang memerangi musuhnya secara dzahir tidak akan menang kecuali jika ia juga memerangi musuh itu secara batin. Barangsiapa menang dalam memerangi hawa nafsunya berarti ia menang memerangi musuhnya, dan barang siapa kalah dalam memerangi hawa nafsunya berarti ia kalah dalam memerangi musuhnya.”
[Disalin dari Al-Fawa’id hal 84. Oleh Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah. penerbit Pustaka Al-kautsar].
______________________________________________________________________________
Jihad dan Kesabaran
‘Umar radhiyallahu ‘anhu bertanya kepada para syaikh dari kalangan bani ‘Abbas: “Dengan apa kalian memerangi manusia?” Mereka menjawab: “Dengan kesabaran. Tidaklah kami menjumpai suatu kaum (musuh, pen.) melainkan kami bersabar menghadapi mereka sebagaimana mereka bersabar menghadapi kami.”..
Sebagian salaf berkata: “Masing-masing dari kami tidaklah menyukai kematian dan sakitnya luka-luka, akan tetapi kami diberi kelebihan dengan kesabaran.”
Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullahu menerangkan: “Ini dalam jihad memerangi musuh yang dhahir (lahir) yakni jihad melawan orang-orang kafir. Seperti itu pula dalam jihad memerangi musuh yang batin yakni jihad melawan (kejahatan) jiwa dan hawa nafsu. Maka sungguh berjihad pada keduanya (dhahir dan batin) merupakan seagung-agungnya jihad. Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
الْـمُـجَاهِدُ مَنْ جَاهَدَ نَفْسَهُ فِي اللهِ
“Seorang mujahid adalah orang yang memerangi jiwanya karena Allah.” (Jami’ul ‘Ulum wal Hikam, hal. 516)
Al-Imam Al-Mubarakfuri rahimahullahu mengatakan (Tuhfatul Ahwadzi hal. 206) : “Yakni memaksa jiwanya yang suka memerintahkan kepada kejelekan untuk tunduk kepada apa yang mengandung keridhaan Allah Subhanahu wa Ta’ala, dalam bentuk melaksanakan amalan ketaatan dan menjauhi kemaksiatan-kemaksiatan. Jihad terhadap jiwa tersebut juga merupakan fondasi dari segala macam jihad. Karena sesungguhnya selama seseorang belum berjihad untuk menundukkan jiwanya sendiri, tidaklah mungkin baginya untuk dapat berjihad memerangi musuh yang di luar jiwanya (musuh yang dhahir).”
Sumber: http://qurandansunnah.word