Sifat Takwa Disertai Akhlak yang Mulia

Label:

Sifat Takwa Disertai Akhlak yang Mulia

Dalam sebuah nasehat berharga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Abu Dzar disebutkan,

اتَّقِ اللَّهَ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ

“Bertakwalah kepada Allah di mana saja engkau berada. Ikutilah kejelekan dengan kebaikan niscaya ia akan menghapuskan kejelekan tersebut dan berakhlaklah dengan manusia dengan akhlak yang baik.” (HR. Tirmidzi no. 1987 dan Ahmad 5/153. Abu ‘Isa At Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih)

Di antara faedah hadits ini disebutkan oleh Ibnu Qayyim Al Jauziyah rahimahullah dalam Al Fawaid:
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menggabungkan antara takwa dan berakhlak yang mulia. Karena takwa akan memperbaiki hubungan antara hamba dan Allah, sedangkan berakhlak yang mulia memperbaiki hubungan antar sesama. Takwa pada Allah mendatangkan cinta Allah, sedangkan akhlak yang baik mendatangkan kecintaan manusia.[1]

Perhatikanlah faedah yang berharga ini. Milikilah selalu sifat takwa dan akhlak yang mulia. Mohonlah selalu pada Allah sifat yang demikian.
اللَّهُمَّ إنِّي أسْألُكَ الهُدَى ، والتُّقَى ، والعَفَافَ ، والغِنَى
“Allahumma inni as-alukal huda wat tuqo wal ‘afaf wal ghina.” Artinya: Ya Allah, aku meminta pada-Mu petunjuk, ketakwaan, diberikan sifat ‘afaf[2] dan ghina[3]. (HR. Muslim no. 2721)

اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنْ مُنْكَرَاتِ الأَخْلاَقِ وَالأَعْمَالِ وَالأَهْوَاءِ
“Allahumma inni a’udzu bika min munkarotil akhlaaqi wal a’maali wal ahwaa’ [Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari akhlaq, amal dan hawa nafsu yang mungkar].” (HR. Tirmidzi no. 3591, shahih)

___________
[1] Al Fawaid, Ibnu Qayyim Al Jauziyah, Darul Yaqin, cetakan ketiga, 1420, hal. 81.
[2] An Nawawi –rahimahullah- mengatakan, “ ’Afaf dan ‘iffah bermakna menjauhkan dan menahan diri dari hal yang tidak diperbolehkan. Sedangkan al ghina adalah hati yang selalu merasa cukup dan tidak butuh pada apa yang ada di sisi manusia.” (Syarh Muslim, 17/41)
[3] Sifat al ghina yaitu dicukupkan oleh Allah dari apa yang ada di sisi manusia dengan selalu qona’ah, selalu merasa cukup ketika Allah memberinya harta sedikit atau pun banyak.

Keutamaan Akhlak Baik dan Bahaya Akhlak Buruk

Abu Hatim Muhammad Ibn Hibban Al-Busti Rahimahullah berkata:
"Wajib atas orang berakal untuk menjadikan manusia cinta dengan cara selalu berakhlak baik dan meninggalkan akhlak buruk. Karena akhlak yang baik melebur kesalahan-kesalahan sebagaimana Matahari mencairkan es yang beku. Sesungguhnya akhlak yang buruk pasti akan merusak ilmu sebagaimana cuka merusak madu. Adakalanya pada diri seseorang terdapat banyak akhlak yang kesemuanya baik dan hanya satu akhlak yang buruk, maka akhlak yang buruk itu merusak semua akhlak baik tersebut." (Raudhatul Uqalaa Wa Nuzhatul Fudhalaa) karya Abu Hatim Muhammad Ibn Hibban Al-Busti


Ibnul qayyim rahimahullah berkata:
“Seluruh agama ini adalah akhlak, maka siapa yang lebih tinggi akhlaknya berarti ia lebih tinggi agamanya” [Madarijus Salikin 2/307].

Rasulullah shalallahu'alaihi wa sallam bersabda:
“Sungguh berbekal akhlak yang mulia, seorang mukmin akan mencapai derajat orang yang selalu berpuasa (pada siangnya) dan selalu menghidupkan malamnya”.[HR. Abu Dawud no 4265]

“Tidak ada sesuatupun yang lebih berat timbangannya dari pada akhlak yang mulia” [HR. Abu dawud no 4166 dan Attirmidzi no 1925]

“Sesuatu yang paling banyak memasukkan orang ke surga adalah taqwa dan akhlak yang mulia”.[HR. Attirmidzi no 1927]

“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia” [HR.Hakim no 4221]

Allah subhanahu wa ta'ala berfirman: “Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu”.[Ali Imran:159]

Merubah Akhlak Kita

Mungkin sebagian dari kita mengatakan: “aku sudah terlanjur dengan akhlak yang buruk sejak kecil, mana mungkin aku bisa merubahnya?!” atau mengatakan bahwa akhlak adalah tabi’at tetap manusia yang tidak mungkin dapat dirubah! atau berpendapat bahwa akhlak akan dengan mudah dibentuk dan dirubah, tergantung keinginan individu masing-masing.

Ketahuilah, bahwa akhlak (tingkah laku) terbagi menjadi dua: ada yang alami (bawaan lahir), dan ada juga yang iktisabi (yang dibentuk oleh manusia melalui belajar, latihan, dan usaha).

Seandainya akhlak tidak dapat dirubah sama sekali, maka apalah gunanya pesan dan nasehat diberikan? apalah tujuan firman Allah: “Sungguh beruntunglah orang yang membersihkan diri” [Al-A’la:14]

juga firmanNya “Sungguh beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu”[Asy-Syams:9]

Dan apalah makna dari sabda Rasul shallallahu alaihi wasallam:
“sesungguhnya ilmu (didapat) dengan belajar, sedang sifat murah hati (didapat) dengan melatih diri. Barangsiapa berusaha mencari kebaikan, ia akan mendapatkannya, dan barangsiapa berusaha menghindar dari kejelekan, ia akan selamat darinya” [HR. Thabarani fil mu’jamil kabir no 1763, dihasankan oleh syeikh Albani (silsilah shahihah no 342)]

Orang yang memperhatikan kebiasaan binatang sirkus sebelum dan sesudah dilatih, ia akan menemukan hakekat bahwa akhlak (tingkah laku) pada manusia merupakan hal yang dapat menerima perubahan, tentunya perubahan tersebut juga berbanding lurus dengan usaha dan kesungguhannya melatih diri untuk berakhlak mulia.

 
Test © 2010 | Designed by My Blogger Themes | Blogger Template by Blog Zone