Kematian adalah sebuah kenyataan keras dan menakutkan yang akan dihadapi tiap-tiap yang bernyawa. Tidak seorang pun mempunyai kekuatan untuk menghindarinya, dan tidak juga seorang pun yang berada disekitar orang yang sedang sekarat memiliki kemampuan untuk mencegahnya. Kematian adalah sesuatu yang (dapat) terjadi setiap saat dan yang merupakan sesuatu yang menimpa orang tua maupun muda, kaya ataupun miskin, yang kuat maupun yang lemah,. Mereka semuanya sama bahwa mereka tidak mempunyai rencana, dan juga tidak dapat lepas darinya, tidak ada jalan syafaat, tidak ada jalan untuk menghindarinya, atau menundanya.[1]
Allah Jalla wa ‘Ala berfirman:
Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan". (QS Al-Jumu’ah[62] : 8)
“Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusiapun sebelum kamu (Muhammad); maka jikalau kamu mati, apakah mereka akan kekal? Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenarbenarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan. (QS Al-Anbiya [21] : 34-35)
Sungguh itulah kematian: “yang menimbulkan ketakutan pada jiwa, dan dengannya amalan seseorang ditutup, dan apa yang datang setelahnya bahkan lebih menakutkan dan mengerikan. Adakah tempat seseorang berlari untuk lepas dari sesaknya himpitan kubur? Apa yang akan kita jawab ketika kita ditanyai di dalam kubur? Sungguh, tak seorang pun diantara kita mengetahui kemana akhir kita kelak. Akankah itu Surga yang seluas langit dan bumi, ataukah Neraka yang bahan bakarnya dari manusia dan batu?”[2]
Ibrahim bin Adam rahimahullah (wafat 160 H) berkata, ketika dia ditanya tentang ayat:
“Berdoalah kepadaku niscaya akan Ku-perkenankan bagimu” (QS Al-Mu’min [40] : 60).
Mereka berkata, “Kami berdoa kepada Allah, namun Dia tidak mengabulkannya.”
Maka beliau berkata: “Engkau mengenal Allah, namun engkau tidak mentaati-Nya. Engkau membaca Al-Qur’an namun engkau tidak bertindak sesuai dengannya, engkau mengetahui Syaithan, namun engkau terus mengikutinya. Engkau menyatakan mencintai Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, namun engkau meninggalkan sunnahnya. Engkau berkata engkau mencintai Surga namun engkau tidak berusaha untuk mencapainya. Engkau berkata engkau takut kepada Neraka, namun engkau tidak berhenti berbuat dosa. Engkau berkata: “Sungguh kematian adalah benar adanya, namun engkau tidak bersiap-siap menghadapinya. Engkau menyibukkan dirimu dengan kesalahan orang lain, namun engkau tidak melihat kesalahan-kesalahan dirimu sendiri. Engkau makan (dari) rezeki yang diberikan Allah kepadamu, namun engkau tidak bersyukur kepada-Nya. Engkau menguburkan kematian (yang mati –pent), namun engkau tidak mengambil pelajaran.”[3]
Karenanya, ini, wahai pembaca yang mulia, adalah sesuatu yang harus kita tanamkan dengan kuat di dalam hati, kenyataan bahwa kehidupan di dunia ini terbatas dan memiliki akhir yang telah ditentukan, dan akhir ini pasti akan datang.
“Orang-orang shalih akan mati. Dan orang-orang jahat akan mati. Pejuang yang berjihad akan mati. Dan mereka yang tinggal di rumah akan mati. Mereka yang menyibukkan diri dengan keimanan yang benar akan mati. Dan mereka yang memperlakukan manusia layaknya budak-budak mereka akan mati. Pemberani yang menolak ketidakadilan akan mati. Dan pengecut yang mencari perlindungan dengan bergantung pada kehidupan yang buruk ini akan mati. Orang-orang dengan tujuan dan cita-cita yang mulia akan mati. Dan orang-orang malang yang hidup untuk kesenangan yang murah akan mati.”[4]
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati.” (QS Al-Imran [3] : 185)
“Maka ingatlah selalu akan kematian, dan bahwa seseorang akan menuju pada kehidupan berikutnya, dan banyaknya dosa yang telah dilakukan seseorang dan sedikitnya amal kebaikan yang dilakukan seseorang. Pikirkanlah akan kebaikan-kebaikan yang sangat ingin anda lakukan pada saat itu – dan bawalah hal itu kepada hari ini. Dan pikirkanlah tentang perkara-perkara yang ingin engkau bersih daripadanya, maka bersihkanlah dirimu dari sekarang.”[5]
______________
Catatan kaki:
[1] Al-Maut (hal. 9), Syaikh Ali Hasan Al-Halabi
[2] As-Salat wa Atharahu fi Ziyadatil Iman (hal 10), Syaikh Husain Al-Awaishah
[3] Al-Hafizh Ibnu Rajab di dalam al-Khusu fis-Salah (hal. 62)
[4] Al-Maut (hal 10)
[5] Al-Maut (hal. 16)
Sumber: sunnahonline.com
Jadilah Anak-anak Akhirat
Ali bin Abi Thalib radhiyallahu'anhu berkata:
“Dunia itu akan pergi menjauh. Sedangkan akhirat akan mendekat. Dunia dan akhirat tesebut memiliki anak. Jadilah anak-anak akhirat dan janganlah kalian menjadi anak dunia. Hari ini (di dunia) adalah hari beramal dan bukanlah hari perhitungan (hisab), sedangkan besok (di akhirat) adalah hari perhitungan (hisab) dan bukanlah hari beramal.”
(HR. Bukhari secara mu’allaq –tanpa sanad)