Hartamu Tidak Akan Meninggalkanmu
[Sumber : Jauhar Shifatush Shafwah]
Keutamaan Ilmu
Mintalah kepada Allah Keselamatan !
Tetap Bersyukur Walau Ditimpa Musibah
(2) aku bersyukur kepada-Nya karena Dia menganugerahkan kepadaku kesabaran atas musibah tersebut,
(3) aku bersyukur kepada-Nya karena Dia memberikan taufik kepadaku untuk ber-istirja’ dan berharap pahala dari-Nya dan
(4) aku bersyukur kepada-Nya karena Ia tidak menjadikan musibah tersebut dalam agamaku.
(Syuraih al-Qadhi)
Betapa Indahnya ..
[Sumber : Mausu’ah aqwaalil hukama’]
Cukuplah Kematian Sebagai Penasehat
Kepada Siapa Anda Bermaksiat ?
Bilal bin Sa’ad berkata :“Janganlah Anda melihat kecilnya dosa suatu maksiat yang Anda lakukan (sehingga Anda meremehkannya), tapi lihatlah kepada siapa Anda bermaksiat?”(Jauhar Shifatush Shafwah)
Aku Berharap Allah Mengampunimu
Seorang lelaki mendatangi ‘Ali bin al-Husain radiyallahu ‘anhu dan berkata kepadanya, “Sesungguhnya fulan telah menyebutkan sesuatu yang buruk tentang Anda.” ‘Ali pun berkata, “Mari kita pergi menemui fulan!” Maka lelaki tersebut pun pergi besama ‘Ali untuk menemui fulan, lelaki tersebut mengira bahwa ‘Ali akan membela dirinya di hadapan fulan. Ketika mereka berdua bertemu dengan fulan, ‘Ali berkata, “Wahai fulan, seandainya apa yang telah engkau katakan tentang aku itu benar, maka aku maka aku berharap Allah mengampuniku. Akan tetapi, jika apa yang kau katakan itu tidak benar, maka aku berharap Allah mengampunimu” (Sumber : Jauhar Shifatush Shafwah)
Menangis Karena Takut Kepada Allah
Berkata Ka’ab al-Ahbar bin Mati’ :“Demi Allah, saya menangis karena takut kepada Allah hingga menetes air mataku dipipiku, lebih aku sukai daripada bershadaqah dengan emas seberat badanku. Dan demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidak mungkin disentuh api neraka, seorang hamba yang menangis karena takut kepada Allah hingga menetes air matanya ke tanah, sampai air hujan yang turun ke bumi kembali lagi ke langit. Dan air hujan yang telah turun ke bumi, tidak akan pernah kembali lagi ke langit selama-lamanya.”
Kebaikan menghapus keburukan
Ketahuilah, banyak orang yang berpakaian putih bersih namun ternoda agamanya, berapa banyak orang yang memuliakan dirinya namun ternyata malah dihinakan oleh diri sendiri. Ingatlah, segera (kau hapus) keburukan yang telah lalu dengan kebaikan yang masih baru. (Abu Ubaidah ibnul Jarrah/Az Zuhd, Imam Ahmad)
Mukmin dan Jahil
Manusia ada dua macam, mukmin dan jahil (bodoh), adapaun orang mukmin maka jangan engkau sakiti, sedangkan yang bodoh jangan kau bodohi. (Ar Rabi’ bin Khaitsam/Az Zuhd, Imam Ahmad)
Hati yang lurus
Seseorang tidak bisa dipegang amanahnya sehingga lurus lisannya, dan dia tidak lurus lisannya sehingga lurus hatinya. (al Hasan al Bashri/Al Adab asy Syar’iyyah, Ibnu Muflih)
Obat hati
Memohonlah kepada Allah supaya memperbaiki hati dan niatmu, karena tidak ada sesuatu yang paling berat untuk kau obati selain keduanya. Ketika hatimu sedang menghadap (Allah) maka seketika mungkin untuk berpaling, maka ketika menghadap itulah engkau harus merampasnya supaya tidak berpaling. (Uwais al Qarni/ Bahjatul Majalis, Ibnu Abdil Barr)
Arti raut muka
Tidaklah seseorang menyembunyikan sesuatu, melainkan Allah akan menampakkannya melalui raut mukanya dan ketergelinciran mulutnya. (Utsman bin ‘Affan/al Adab asy Syar’iyyah, Ibnu Muflih)
Bahaya Takabur
Tidaklah aku melihat seseorang yang takabbur terhadap yang berada dibawahnya melainkan dia di timpakan oleh Allah kehinaan melalui orang lain yang lebih tinggi darinya.(Abu Hatim al Basati/ Raudhatul ‘Uqala’, Ibnu Hibban)
Cinta Dunia
Aku tertawa (heran) kepada orang yang mengejar-ngejar dunia padahal kematian terus mengincarnya, dan kepada orang yang melalaikan kematian padahal maut tak pernah lalai terhadapnya, dan kepada orang yang tertawa lebar sepenuh mulutnya padahal tidak tahu apakah Tuhannya ridha atau murka terhadapnya. (Salman al Farisi / Az Zuhd, Imam Ahmad)
Mencari ridha Allah
Barang siapa yang dibenci manusia karena mencari ridha Allah maka manusia (yang lain) akan mencukupinya (membelanya). Barang siapa yang mencari ridha manusia dengan murka Allah maka Allah akan serahkan dia kepada munusia juga. (Ummul Mu’minin Aisyah ra/ Az Zuhd, Imam Ahmad)
Nilai Keimanan
Barang siapa yang rela dengan ketetapan Allah maka ketetapan itu berlaku padanya dan ia mendapatkan pahala. Dan barang siapa yang tidak rela dengan ketetapan Allah maka ketetapan itu juga tetap berlaku padanya, sedangkan ia terputus amalnya. (Ali bin Abi Thalib/Mukhtashar Minhajul Qashidin, al Maqdisi)
Orang Alim
Orang alim itu bukanlah yang mengetahui kebaikan dari yang buruk, tetapi orang alim adalah yang mengetahui kebaikan lalu mengikutinya dan mengetahui keburukan lalu menjauhinya. (Sufyan bin Uyainah/ Az Zuhd, Imam Ahmad)
Tiga Perkara
“Ada tiga perkara pada diriku, aku tidak menyebutkannya kecuali supaya dapat diambil pelajaran, Pertama “Aku tidak mendatangi penguasa (sulthan) kecuali jika di undang, kedua, Aku tidak masuk pada dua orang kecuali setelah keduanya mempersilahkanku masuk diantara mereka, ketiga, tidaklah aku menyebutkan seseorang setelah dia pergi dari sisiku kecuali kebaikan-kebaikan.” (Al Ahnaf bin Qais)
Beratnya hasad
Tidak ada satu bentuk keburukan pun yang sebanding dengan hasad, seorang yang hasad mampu membunuh orang lain sebelum dia sampai kepada sasarannya (orang yang dia dengki). (Muawiyah bin Abu Sufyan/ Adabu ad Dunya wad Din, al Mawardi)
Jangan Berkhalwah
Janganlah engkau berkhalwah (berduaan) dengan wanita tanpa ada mahramnya, walaupun jiwamu mengatakan hanya untuk mengajarinya al-Qur’an. (Umar bin Abdul Aziz/ Sirah Umar, Ibnul Jauzi).
Tidur telungkup
Laranglah anak tidur tertelungkup dan dibiasakan tidur dengan miring ke kanan.
Melarang anak memakai pakaian atau celana yang pendek, agar anak tumbuh dengan kesadaran menutup aurat dan malu membukanya.
Melarang anak memakai pakaian atau celana yang pendek, agar anak tumbuh dengan kesadaran menutup aurat dan malu membukanya.
Dengan tangan kanan
Biasakan anak mendahulukan bagian kanan dalam berpakaian. Ketika mengenakan kain, baju, atau lainnya memulai dari kanan; dan ketika melepas pakaiannya memulai dari kiri.
Pengadu Domba tak Pernah Jujur
Diriwayatkan bahwa suatu ketika Sulaiman bin Abdul Malik sedang duduk, dan di sisinya ada az-Zuhri. Lalu datanglah seorang laki-laki, maka Sulaiman berkata kepadanya, “Telah sampai kepadaku bahwa engkau membicarakan tentang diriku, dan engkau katakan begini dan begini.” Maka orang itu menjawab, “Aku tidak pernah melakukan itu dan tidak pernah mengatakan itu.” Maka Sulaiman berkata, “Sesungguhnya orang yang memberitahu aku adalah seorang yang jujur.” Maka az-Zuhri pun berkata, “Seorang pengadu domba itu tidak akan pernah jujur.” Maka Sulaiman berkata, “Engkau benar.” Lalu dia berkata kepada laki-laki tersebut, ”Pergilah engkau dengan selamat.” (Ihya’ Ulumiddin 3/156, al-Ghazali)
Tidak Ada Kepercayaan
Berkata Amirul Mukminin Umar bin al-Khaththab radhiyallahu'anhu, “Jangan engkau melibatkan diri dalam hal yang bukan menjadi urusanmu, jauhilah musuhmu, jagalah dirimu dari teman-temanmu kecuali terhadap orang yang terpercaya, karena orang yang terpercaya tidak ada satu pun yang dapat menyamainya. Tidak ada kepercayaan kecuali kepada orang yang takut kepada Allah, janganlah engkau bergaul dengan orang fajir karena dia akan menyeretmu ke dalam fujur (keburukan), dan janganlah engkau beritahukan rahasiamu kepadanya dan bermusyawarahlah di dalam urusanmu dengan orang yang takut kepada Allah. (Az-Zuhd, Abdullah Ibnul Mubarok)
Haman Mencelakakan Firaun dan Firaun Mencelakakan Haman
Maka aku (Sufyan) menjawab, ”Berapa banyak engkau telah membelanjakan harta untuk safarmu ini? Dia menjawab, “Aku tidak tahu, tetapi aku punya orang kepecayaan dan wakil-wakil. Aku berkata, “Apa jawabanmu kelak jika engkau berdiri di hadapan Allah Ta’ala dan Dia bertanya tentang hal itu? Sedangkan Umar bin al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu ketika pergi haji dia berkata kepada pembantunya, “Berapakah yang engkau belanjakan untuk safar kita ini? Dia menjawab, “Delapan belas dinar wahai Amirul Mukminin.”
Abu Ja’far Al-Manshur berkata (untuk dirinya sendiri), “Celakalah engkau, apakah engkau menghabiskan harta baitul mal kaum muslimin padahal engkau telah mendengar apa yang diucapkan oleh Manshur bin Imar, sedangkan kamu hadir ketika itu, diriwayatkan dari Ibrahim dari al-Aswad, dari Alqamah dari Ibnu Mas’ud bahwa Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda, “Berapa banyak orang yang mempermainkan harta Allah dan harta Rasulullah untuk apa saja yang dia kehendaki, lalu dia besoknya mendapati api neraka.”
Maka Abu Ubaid al-Katib salah seorang dekatnya Abu Ja’far berkata (kepada Sufyan), “Apakah Amirul Mukminin disambut dengan perlakukan seperti ini?”
Sufyan lalu menjawab, “Diamlah kamu, Sesungguhnya Haman lah yang telah mencelakakan Firaun dan Firaun yang telah mencelakan Haman.”
Paling Berani Berfatwa
Maka aku pun datang kepada Abdur Rahman bin Abi Laila, lalu aku bertanya kepadanya, akan tetapi dia pun bersikap enggan. Lalu aku kembali lagi kepada Alqamah, dan aku memberitahukan tentang hal itu. Maka dia berkata, “Pernah dikatakan bahwa orang yang paling berani memberikan fatwa adalah orang yang dangkal ilmunya.” (Akhlaqul Ulama’ hal 110-111, al-Ajuri)
Bertemu Allah Melanggar Sumpah
Diriwayatkan dari Ibrahim bin Sa’id al Jauhari, dia berkata, ”Seseorang dibawa ke hadapan Khalifah al-Ma’mun karena telah melakukan suatu tindak kejahatan. Maka berkatalah al-Ma’mun kepadanya, ”Demi Allah, sungguh aku akan menghukum mati kamu!” Maka terdakwa itu menjawab, ”Wahai Amirul Mukminin berilah keringanan kepadaku, karena sesungguhnya sifat santun adalah sebagian dari ampunan! Khalifah al-Ma’mun menjawab, ”Bagaimana mungkin, karena aku telah bersumpah untuk membunuhmu? Si terdakwa lalu menjawab, “Anda bertemu Allah dalam keadan melanggar sumpah lebih baik daripada bertemu dengan-Nya dalam keadaan membunuh.” Maka Al-ma’mun lalu membebaskannya. (Tarikh al-Khulafa’ hal 320, Imam Jalaluddin as-Suyuthi)
Qona'ah
Salah seorang pembesar bani Umayyah menulis surat kepada Abu Hazim -rahimahullah- supaya menyampaikan kepadanya berbagi keperluannya. Maka Abu Hazim membalas surat itu seraya menulis, “Aku telah menyampaikan segenap hajatku kepada Maulaku (Allah), maka apa saja yang Dia berikan kepadaku aku menerimanya, dan apa saja yang Dia tahan dariku, maka aku bersikap qana’ah (merelakannya).” (dikutip dari buku al-qana'ah, mafhumuha, manafi'uha, ath thariq ilaiha hal 21, referensi asli al-Ihya' 3/239)
Keadilan Kunci Baiknya Rakyat
Abu Ja'far al-Manshur seorang khalifah Bani Abbasiyah menasehati putranya, "Sesungguhnya khalifah tidak akan baik kecuali dengan takwa, kekuasaan tidak akan baik kecuali dengan ketaatan, dan rakyat tidak akan baik kecuali dengan keadilan. Orang yang paling utama untuk memberikan maaf adalah yang paling mampu untuk menghukum dan orang yang paling kurang akalnya ialah yang menzhalimi siapa saja yang di bawahnya. Wahai anakku langgengkan nikmat dengan bersyukur, ketaatan dengan kelembutan, dukungan dengan tawadhu' dan kasih sayang kepada orang. Dan janganlah engkau lupa bagianmu di dunia dan bagianmu seteleh engkau mati. (al-Bidayah wan-Nihayah, Ibnu Katsir 10/126)
Ketergelinciran 'Alim ketergelinciran alam
Disebutkan di dalam mukaddimah kitab “Hasyiyah Ibnu Abidin” juz 1 hal 67, bahwa Imam Abu Hanifah melihat seorang bocah remaja sedang bermain di atas tanah liat, maka beliau berkata kepada anak tersebut, “Wahai anak berhati- hatilah, jangan sampai engkau tergelincir di atas tanah.” Maka anak tersebut menjawab kepada sang Imam, “Berhati-hatilah juga anda dari tergelincir, karena tergelincirnya orang ‘alim adalah tergelincirnya alam.” Dan setelah mendengar ucapan anak itu, maka beliau tidak memberikan fatwa kecuali setelah mempelajari masalah bersama murid-muridnya selama sebulan.
Seburuk-buruk Saudara
Ibnu Qudamah dalam kitabnya al-Mutahaabbin fillah hal 79 menyebutkan tentang al-Aswad bin Katsir, bahwa dia berkata," Aku mengadukan suatu hajat dan kekurangan yang menimpa beberapa saudara kepada Muhammad bin Ali bin al-Husain. Maka beliau berkata,"Seburuk-buruk saudara adalah yang menyambung persaudaraan ketika engkau kaya dan memutuskannya ketika engkau fakir." Maka dia mengutus pembantunya mengambil sekantong uang berisi tujuh ratus dirham, seraya berkata, "Belanjakanlah ini dan kalau habis beri tahu aku."
Juallah Duniamu dengan Akhiratmu
Disebutkan di dalam kitab "Tahdzib al-Kamal" (6/116) dan "Hilyatul Auliyaa"(2/143) di dalam tarjamah Al-Imam, sayyidut Tabi'in,az-Zahid Al-Hasan bin al-Hasan Abu Said al Bashri, beliau berkata, "Wahai anak Adam, juallah duniamu dengan akhiratmu maka engkau mendapatkan keuntungan keduanya, dan janganlah engkau jual akhiratmu dengan duniamu karena engkau akan rugi kedua-duanya."
Manajemen Lisan
Hati orang yang Dungu berada di mulutnya, sedang mulut orang yang bijak berada di hatinya.
Kerajaan Senilai Tegukan Air
Disebutkan di dalam kitab “Syadzrat ad-Dzahab fi Akhbar man Dzahab” karya Ibnu ‘Imad al-Hanbali juz 1/336 dalam tarjamah (biografi) Khalifah Harun al-Rasyid rahimahullah, beliau menuliskan, “Ibnu Samak datang kepada ar-Rasyid, maka ar-Rasyid menyediakan untuk beliau air minum, lalu Ibnu Samak berkata, “Demi Allah wahai Amirul Mukminin, seandainya engkau terhalang tidak dapat meminum air maka berapa anda akan menebusnya? Ar-Rasyid menjawab, “Dengan kerajaanku.” Ibnu Samak lalu bertanya lagi, Andaikan anda tidak dapat mengeluarkannya (membuangnya) dengan apa anda menebusanya? Dia menjawab, “Dengan kerajaanku.” Maka berkata Ibnu Samak, “Sesungguhnya kekuasaan hanyalah senilai tegukan air, maka selayaknya dia tidak diperebutkan.”
Mutiara Kata (1)
Sesungguhnya lidah orang bijak itu ada dibalik hatinya.
Apabila dia ingin berkata maka dia kembali kepada hatinya.
Jika itu bermanfa'at baginya maka dia berkata.
Namun jika itu berdampak buruk baginya maka diapun menahan mulutnya.
Sedangkan orang bodoh, hatinya berada diujung lidahnya.
Dia tidak kembali kepada hatinya.
Apa saja yang ada dimulutnya maka dia ucapkan.
(Manajemen Lisan/Darul Haq)
Apabila dia ingin berkata maka dia kembali kepada hatinya.
Jika itu bermanfa'at baginya maka dia berkata.
Namun jika itu berdampak buruk baginya maka diapun menahan mulutnya.
Sedangkan orang bodoh, hatinya berada diujung lidahnya.
Dia tidak kembali kepada hatinya.
Apa saja yang ada dimulutnya maka dia ucapkan.
(Manajemen Lisan/Darul Haq)
Mutiara Kata (2)
Keanehan dari orang yang mengucapkan perkataan tentang seseorang (menggunjing) adalah, jika perkataan itu dilaporkan kepada yang bersangkutan maka akan mendatangkan madharat baginya.
Dan jika perkataan itu tidak disampaikan maka dia juga tidak memberikan manfa'at kepadanya.
Dan jika perkataan itu tidak disampaikan maka dia juga tidak memberikan manfa'at kepadanya.
Wasiat Ayah kepada Anaknya (1)
“Hai anakku waspadalah engkau dari orang yang dermawan andai kamu merendahkannya, terhadap orang yang pandai jika dirimu melukainya, dari seorang pencela apabila kamu memuliakannya, terhadap seorang pezina seandainya engkau berteman dengannya, dari orang yang bodoh apabila dirimu mencandainya.
Sesungguhnya aku telah mengecap segala kenikmatan semuanya, namun belum pernah kudapatkan kenikmatan senikmat kesehatan, dan aku sudah mengecap bermacam kepahitan namun tidak ada rasa pahit melebihi pahitnya butuh kepada manusia, dan telah kuangkat besi dan salib namun tak ada beban melebihi beratnya hutang.
Ketahuilah sesungguhnya masa itu hanya dua hari; satu hari untukmu dan satu hari sebagai tanggunganmu. Jika hari itu untukmu maka jangan kau sia-siakan, dan jika hari itu menjadi tanggunganmu maka bersabarlah, karena keduanya akan ditemui”.
Sesungguhnya aku telah mengecap segala kenikmatan semuanya, namun belum pernah kudapatkan kenikmatan senikmat kesehatan, dan aku sudah mengecap bermacam kepahitan namun tidak ada rasa pahit melebihi pahitnya butuh kepada manusia, dan telah kuangkat besi dan salib namun tak ada beban melebihi beratnya hutang.
Ketahuilah sesungguhnya masa itu hanya dua hari; satu hari untukmu dan satu hari sebagai tanggunganmu. Jika hari itu untukmu maka jangan kau sia-siakan, dan jika hari itu menjadi tanggunganmu maka bersabarlah, karena keduanya akan ditemui”.
Wasiat Ayah Kepada Anakny (2)
Jauhilah tujuh perkara, maka badan dan hatimu akan tenang, kehormatan dan agamamu akan selamat;
Janganlah kamu sedih terhadap apa-apa yang luput darimu,
Janganlah kamu gundah terhadap apa-apa yang belum menimpa dirimu,
Janganlah engkau menuntut imbalan terhadap apa yang belum kau kerjakan,
Janganlah engkau cela orang padahal dia sepertimu,
Janganlah kamu marah terhadap seseorang yang kemarahannya tidak membahayakan dirimu,
Janganlah kamu puji seseorang sedang dirimu belum mengetahui kejelekannya,
Janganlah kamu melihat dengan hawa nafsu apa-apa yang belum menjadi milikmu
Janganlah kamu sedih terhadap apa-apa yang luput darimu,
Janganlah kamu gundah terhadap apa-apa yang belum menimpa dirimu,
Janganlah engkau menuntut imbalan terhadap apa yang belum kau kerjakan,
Janganlah engkau cela orang padahal dia sepertimu,
Janganlah kamu marah terhadap seseorang yang kemarahannya tidak membahayakan dirimu,
Janganlah kamu puji seseorang sedang dirimu belum mengetahui kejelekannya,
Janganlah kamu melihat dengan hawa nafsu apa-apa yang belum menjadi milikmu
Wasiat Ayah kepada Anaknya (3)
Hai anakku! Sesungguhnya sebagian ucapan itu lebih tajam dari mata pedang, lebih keras dari batu, lebih pahit dari kesabaran, serta lebih menusuk dari ujung jarum. Sesungguhnya hati itu adalah tempat persemaian bagi perkataan yang baik.
Sumber: http://www.alsofwah.or.id/
____________________________
___________________