Ketajaman Firasat
al-Kirmani pernah berkata, “Barangsiapa menjaga pandangannya dari hal-hal yang haram, menanah diri dari syahwat, mengisi batinnya dengan muraqabah (merasa diawasi oleh Allah), menghiasi amalan lahirnya dengan mengikuti sunnah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan tidak memasukkan ke dalam perutnya kecuali yang halal, maka firasatnya tidak akan meleset. (Hilyatul Auliya, karya Abu Nuaim al-Ashbahani)
Kekuatan Iman
Syumaith pernah berkata, “Sesungguhnya Allah meletakkan kekuatan orang beriman di dalam hatinya, bukan pada anggota tubuhnya. Tidakkah Anda memperhatikan orang tua yang sudah lemah fisiknya tapi masih mampu berpuasa di siang yang sangat panas dan bangun di malam hari untuk melakukan shalat malam? Padahal banyak orang-orang yang masih muda lagi kuat fisiknya tidak sanggup untuk melaksanakannya.”
(Dari kitab Hilyatul Auliya, karya Abu Nu’aim al-Ashbahani)
Ucapan yang Tidak Bermanfaat
Muhammad bin Sauqah pernah berkata kepada sahabat-sahabatnya, “Saya akan berbicara kepada kalian dengan suatu pembicaraan, mudah-mudahan Allah menjadikannya bermanfaat untuk kalian, karena sesungguhnya Allah telah menjadikannya bermanfaat untukku.
Saya pernah bertemu dengan ‘Atha (salah seorang ulama dari kalangan tabi’in), maka ia pun berkata kepadaku, “Sesungguhnya orang-orang sebelum kalian (dari kalangan para sahabat dan tabi’in) membenci ucapan yang tidak bermanfaat. Mereka mengganggap bahwa semua ucapan termasuk dalam ucapan yang tidak bermanfaat, kecuali tiga hal : (1) membaca al-Qur’an, (2) amar ma’ruf nahi munkar dan (3) pembicaraan seseorang dalam hal yang memang ia harus berbicara tentangnya seperlunya. Apakah kalian akan mengingkari firman Allah : “Padahal sesunggunya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (perbuatanmu), yang mulia (di sisi Allah) dan mencatat (perbuatan-perbuatanmu itu)” [al-Infithar : 10-11], dan juga firman-Nya : “Seorang (malaikat) duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada satu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” [Qaaf : 17-18]
(Hilyatul Auliya, karya Abu Nu’aim al-Ashbahani)
Pembicaraan dalam Masjid
Diriwayatkan dari Said bin al-Musayyib, bahwa ia pernah berkata “Barangsiapa yang duduk di dalam masjid, maka sesungguhnya ia sedang duduk-duduk bersama Allah. Maka sudah sepantasnyalah baginya untuk tidak berbicara kecuali pembicaraan yang baik”.
Diantara Bahaya Kekenyangan
Diriwayatkan dari Umar bin al-Khattab, ia pernah berkata, “Hindarilah oleh kalian kekenyangan karena terlalu banyak makan dan minum, karena sesungguhnya hal itu dapat merusak tubuh, menimbulkan penyakit dan membuat malas untuk beribadah.”
Kehati-hatian dalam Berfatwa
Ibnu Mahdi pernah berkata, “Seorang lelaki datang menemui Imam Malik untuk bertanya kepadanya tentang suatu masalah agama. Ketika ditanya tentang masalah tersebut, Imam Malik menjawab, “Saya tidak bisa menjawab pertanyaanmu (karena saya memang tidak mengetahui jawabannya)”
Lelaki itu pun berkata, “Sesungguhnya aku telah datang dari tempat jauh ke tempat ini (sebagai utusan dari kaumku) untuk menanyakan masalah ini kepadamu. (Tapi ternyata setelah aku tanyakan masalahnya kepadamu, Anda tidak bisa menjawabnya. Lalu apa yang harus kukatakan kepada kaumku jika aku pulang nanti?”)
Maka Imam Malik pun berkata kepada lelaki tersebut, “Kalau demikian halnya, apabila Anda telah sampai di tengah-tengah kaummu katakanlah kepada mereka bahwa Anda telah menanyakan masalah ini kepada Malik, tapi ia menjawab, “Sesungguhnya aku tidak bisa menjawabnya.”
Diantara Obat Hati yang Sakit
Ibrahim al-Khawwash pernah berkata, “Obat hati ada lima : (1) Membaca al-Qur’an dengan disertai tadabbur (merenungkan maknanya), (2) mengosongkan perut (berpuasa), (3) shalat malam, (4) Berdoa dan memohon ampunan di penghujung malam dan (5) bermajelis bersama orang-orang shalih”
Bicara Agama Tanpa Ilmu
Ibnu Taimiyah berkata, “Barangsiapa berbicara tentang perkara agama tanpa didasari ilmu maka sesungguhnya ia telah berdusta walaupun ia tidak berniat untuk berdusta secara sengaja dengan ucapannya tersebut.”
Yakin Kepada Janji Allah
Syaqiq bin Ibrahim pernah berkata, “Barangsiapa ingin mengetahui kadar pengetahuannya tentang Allah, maka hendaklah ia melihat (dan membandingkan antara) apa yang dijanjikan oleh Allah untuknya dan apa yang telah dijanjikan oleh manusia untuknya, manakah diantara keduanya yang lebih diyakini oleh hatinya?”
Diantara Penyebab Hancurnya Islam
Ziyad bin Jarir pernah mendatangi Umar bin al-Khattab radhiyallahu ‘anhu. Umar berkata kepadanya, “Tahukah Anda, apa yang menghancurkan Islam? Islam akan dihancurkan oleh ketergelinciran ulama, perdebatan orang munafik yang membawakan dalil dari al-Qur’an dan fatwa hukum dari orang-orang yang menyesatkan.”
Menghafal Ilmu
al-A’masy pernah berkata, “Hafalkanlah ilmu yang telah Anda kumpulkan! Karena orang yang mengumpulkan ilmu namun ia tidak menghafalnya, bagaikan seorang laki-laki yang duduk di depan hidangan, lalu ia mengambil hidangan tersebut sesuap demi sesuap, namun ia lemparkan suapan-suapan itu ke belakang punggungnya. Kapankah Anda akan melihatnya kenyang?”
Diantara Keutamaan Ilmu
Abu Darda’ radhiyallu ‘anhu pernah berkata, “Tuntutlah ilmu sebelum ilmu itu diangkat. Ilmu diangkat dengan meninggalnya para ulama. Orang yang berilmu dan orang yang menuntut ilmu memiliki kedudukan yang sama dalam hal pahala. Sesungguhnya manusia itu hanya ada dua, orang yang berilmu dan orang yang menuntut ilmu. Dan tidak ada kebaikan pada diri manusia yang selainnya.”
Imam asy-Syafi’i pernah berkata, “Menuntut ilmu itu lebih baik daripada shalat sunnat.”
Saling Membantu Saudara Seiman
al-A’masy berkata, “Khaitsamah biasa datang ke masjid dengan membawa beberapa kantong kain (berisi uang) lalu duduk bersama teman-temannya. Apabila ia melihat salah seorang diantara mereka memakai baju atau jubah yang robek (atau berlubang), lalu orang itu bangkit dan keluar dari (pintu) masjid, maka Khaitsamah segera mengejarnya dari pintu mesjid yang lain untuk menemuinya dan mengatakan, “Ambillah kantong kain (yang berisi uang) ini dan gunakanlah untuk membeli jubah atau baju!”
Siapakah yang Berhak Anda Jadikan Teman?
Ja’far pernah mendengar Malik bin Dinar berkata kepada Mughirah bin Hubaib, “Setiap saudara, teman dan sahabat yang tidak bisa memberikan nilai tambah kebaikan dalam urusan agamamu, maka putuskanlah persahabatan Anda dengannya.”
Kesedihan Berpisah dengan Amal Shaleh
Qatadah pernah berkata, “Ketika kematian menjemput ‘Amir bin ‘Abdi Qais, seseorang bertanya kepadanya, “Apa yang membuatmu menangis?”
‘Amir bin ‘Abdi Qais menjawab, “Aku menangis bukan karena takut mati atau karena kecintaanku kepada dunia. Akan tetapi, yang membuatku menangis adalah kesedihanku karena aku tidak bisa lagi berpuasa dan shalat malam.”
Diantara Hukuman Allah atas Ahli Maksiat
Abdullah berkata :
Pernah ada seorang rahib Bani Israil berkata, “Ya Tuhan, betapa seringnya aku bermaksiat kepada-Mu, tetapi Engkau tidak menghukumku.”
Kemudian Allah mewahyukan kepada salah seorang nabi dari kalangan Bani Israil, “Katakanlah kepadanya : Berapa banyak Aku menghukummu, tetapi Engkau tidak menyadarinya. Bukankah Aku telah mencabut kenikmatan munajatmu dengan-Ku?”
Tawanan di Dunia
al-Hasan al-Bashri pernah berkata, “Seorang mukmin hidup di dunia bagaikan seorang tawanan yang sedang berusaha membebaskan dirinya dari penawanan dan ia tidak akan merasa aman kecuali apabila ia telah berjumpa dengan Allah Subhanahu wata’ala”
Sesungguhnya Allah Hanya Menerima (Amal) dari Orang yang Bertakwa
Fudhalah bin ‘Ubaid pernah berkata, “Seandainya aku mengetahui bahwa ada diantara amalanku yang diterima oleh Allah meskipun hanya sebesar biji sawi, maka itu lebih aku cintai daripada dunia dan seisinya, karena Allah Subhaanahu Wata’ala berfirman, “Sesungguhnya Allah hanya menerima (amal) dari orang yang bertakwa.” (al-Maaidah : 27)
Muraqabatullah (Merasa Diawasi Allah)
Hatim al-Asham pernah berkata, “Perhatikanlah diri Anda dalam tiga keadaan. (1) Jika Anda beramal, maka ingatlah pandangan Allah kepadamu, (2) jika Anda berbicara, maka perhatikanlah pendengaran Allah atas ucapanmu dan (3) jika Anda diam, maka perhatikanlah pengetahuan Allah tentang dirimu.”
Mencintai dan Membenci Sesuatu Karena Allah
Abu Hazim pernah berkata, “Ada dua perkara yang jika Anda Amalkan, Anda akan mendapatkan kebaikan dunia dan akhirat. Dan aku tidak akan berpanjang lebar untuk menjelaskan kedua perkara tersebut kepada Anda.”
Kemudian ia ditanya, “Apa dua perkara itu?”
Abu Hazim menjawab, “Menerima sesuatu yang tidak Anda sukai, jika sesuatu itu disukai Allah. Dan membenci sesuatu yang Anda sukai, jika sesuatu itu dibenci oleh Allah.”
Teman Terbaik dan Terburuk
Yahya pernah berkata, “Sebaik-baik teman adalah yang berkata kepada temannya, “Ayo kita berpuasa sebelum kita mati.” Dan seburuk-buruk teman adalah yang berkata kepada temannya, “Ayo kita makan dan minum sebelum kita mati.”
Diantara Penyebab Terhalangnya Doa
Syaqiq bin Ibrahim berkata :
Ibrahim bin Adham pernah melewati sebuah pasar di kota Bashrah, lalu orang-orang mengerumuninya dan bertanya kepadanya, “Wahai Abu Ishaq, Allah Subhaanahu Wata'aala berfirman dalam kitab suci-Nya : “Berdoalah kepadaku, niscaya Aku akan mengabulkan doamu.” (Ghafir/al-Mukmin) : 60). Kami selalu berdoa sejak lama, tapi tidak kunjung dikabulkan.”
Ibrahim bin Adham berkata :
“Wahai warga Bashrah, hati kalian telah mati dari sepuluh hal :
Pertama, kalian mengenal Allah, tapi tidak mau menunaikan hak-Nya.
Kedua, kalian membaca Kitab Allah, tapi tidak mau mengamalkannya.
Ketiga, kalian mengaku cinta kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, tetapi kalian meninggalkan sunnahnya.
Keempat, kalian mengaku bermusuhan dengan setan, tapi kalian justru akur dengannya.
Kelima, kalian mengatakan cinta kepada surga, tapi tidak mau beramal untuk menuju ke sana.
Keenam, kalian mengatakan takut kepada neraka, tapi kalian menggadaikan diri kalian kepadanya.
Ketujuh, kalian mengatakan bahwa kematian itu benar adanya, tapi kalian tidak mau mempersiapkan diri untuk menghadapinya.
Kedelapan, kalian sibuk mencari aib saudara kalian, tapi mengabaikan aib kalian sendiri.
Kesembilan, kalian memakan karunia Tuhan, tapi tidak mau mensyukurinya.
Kesepuluh, kalian mengubur orang mati, tapi tidak mau mengambil pelajaran darinya.”
40 Tahun Mengajar al-Qur’an
Abu Ishaq as-Subai’iy pernah menuturkan bahwa Abu Abdirrahman as-Sulami telah mengajar al-Qur’an di masjid selama 40 tahun. Ia meriwayatkan sebuah hadits dari ‘Utsman radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah bersabda, “Orang yang terbaik diantara kalian adalah orang yang mempelajari al-Qur’an dan mengajarkannya.”
Abu Abdirrahman berkata,”Itulah yang membuatku betah di tempat tersebut.”
Nasihat untuk Ahli al-Qur’an
Malik bin Dinar pernah berkata,
“Wahai para pengemban al-Qur’an, apa yang ditanamkan al-Qur’an di dalam hatimu?
Sesungguhnya al-Qur’an adalah penyejuk hati orang mukmin, sebagaimana halnya hujan menjadi penyejuk bumi.
Sesungguhnya Allah menurunkan hujan dari langit ke bumi lalu jatuh di tempat yang baik. Di tempat itu pula ada biji, sehingga kebusukan tanahnya tidak menghalangi biji tersebut untuk berkembang, menghijau dan menjadi bagus.
Wahai para pengemban al-Qur’an, apa yang ditanamkan al-Qur’an di dalam hatimu?
Mana orang yang memiliki (menghafal) satu surat? Mana orang yang menghafal dua surat? Apa yang sudah Anda amalkan darinya?"
Sembunyikanlah Kebaikanmu!
Abu Hazim pernah berkata, “Sembunyikan dan tutupilah rapat-rapat kebaikan yang pernah Anda lakukan melebihi rapatnya Anda menutupi dan menyembunyikan keburukan yang pernah Anda lakukan.”
Waspadalah Terhadap Kematian!
Salah seorang ulama salaf pernah berwasiat, "Waspadalah terhadap kematian di dunia, sebelum Anda berpindah ke suatu negeri yang Anda sangat ingin berjumpa dengan kematian di sana, sedangkan Anda tidak akan pernah dapat menemukannya!"
Diantara Golongan Orang yang Paling Menyesal pada Hari Kiamat
Sufyan bin ‘Uyainah pernah berkata, “Ada sebuah ungkapan populer yang menyatakan bahwa diantara tiga golongan orang yang paling menyesal pada hari kiamat : (1) orang yang memiliki budak ketika di dunia, ternyata pada hari kiamat budak tersebut memiliki prestasi amal yang lebih baik darinya, (2) orang yang mempunyai harta tetapi tidak mau bersedekah dengannya sampai ia meninggal dunia, kemudian harta tersebut diwarisi oleh orang yang memanfaatkan harta tersebut untuk bersedekah di jalan Allah, dan (3) orang yang mempunyai ilmu tetapi ia tidak mau mengambil manfaat dari ilmunya, lalu ilmu tersebut diketahui oleh orang lain yang mampu mengambil manfaat darinya.”
Bersegera Menuju Kebaikan
Khalid bin Ma’dan pernah berkata, “Jika pintu kebaikan dibukakan untuk Anda, maka bergegaslah menuju ke sana. Karena Anda tidak tahu kapan pintu itu akan ditutup.”
Nikmatnya Beribadah
Ibrahim bin Adham pernah berkata, “Seandainya para raja dan para pangeran mengetahui kegembiraan dan kenikmatan yang kita rasakan (ketika menuntut ilmu dan beribadah kepada Allah), niscaya mereka akan merampas apa yang kita rasakan tersebut dengan tebasan pedang.”
Syirik dan Riya’
al-Fudhail bin ‘Iyadh pernah berkata, “Meninggalkan amal karana manusia termasuk riya’ (pamer). Adapun beramal karena manusia termasuk perbuatan syirik.”
Syarat Diterimanya Amal
Fudhail bin ‘Iyadh pernah berkata mengomentari firman Allah Subhaanahu Wata'aala dalam surat al-Mulk ayat ke dua :
لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلا ”Supaya Dia menguji kalian, siapa diantara kalian yang paling baik amalnya”
“Maksudnya, yang paling ikhlas dan paling benar. Jika amal itu ikhlas tapi tidak benar, maka tidaklah diterima. Jika amal itu benar tapi tidak ikhlas, juga tidak akan diterima kecuali jika dilakukan secara ikhlas.
Ikhlas artinya dilakukan hanya karena Allah. Adapun benar artinya adalah sesuai dengan sunnah (tuntunan dan petunjuk Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam).”
Amalkanlah Ilmu yang Anda Miliki!
Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu pernah berkata,
“Wahai para pembawa ilmu, amalkanlah ilmu kalian miliki! Karena yang disebut alim adalah orang yang mengamalkan apa yang ia ketahui dan ilmunya sesuai dengan amalnya. Akan ada suatu kaum yang membawa ilmu tidak melebihi kerongkongan mereka. Ilmu mereka bertentangan dengan amal mereka. Batin mereka bertentangan dengan lahir mereka. Mereka duduk dalam halaqah (majelis ilmu) untuk saling berdebat antara satu dengan yang lain. Sehingga ada seseorang yang marah kepada rekannya, lalu berpindah ke yang lain dan meninggalkan rekannya. Amalan mereka dalam majelis itu tidak akan bisa naik kepada Allah Ta’ala.
Pertanyaan Allah Terhadap Orang yang Jujur dan Pendusta
Fudhail bin ‘Iyadh pernah berkata, “Jika kelak (pada hari kiamat) Allah akan menanyakan kepada orang-orang yang jujur seperti nabi Ismail, nabi Isa ‘alaihimas salam [sebagaimana disebutkan dalam surat al-Ahzab ayat 7 & 8] tentang kejujuran mereka, maka bagaimana pula dengan kita yang banyak berdusta?”
Beda Nasihat dan Celaan
Imam asy-Syafi’i pernah berkata, “Barangsiapa menasihati saudaranya secara rahasia, maka ia telah menasihatinya dan menghiasinya. Dan barangsiapa yang menasihati saudaranya secara terang-terangan (di hadapan orang banyak), maka ia telah mencemarkan nama baiknya dan mengkhianatinya.”
Pengaruh kebaikan dan Keburukan
al-Mu'tamir bin Sulaiman at-Taimi pernah berkata, "Kebaikan menghidupkan cahaya dalam hati dan kekuatan dalam beramal. Sedangkan keburukan menyebabkan kegelapan dalam hati dan kelemahan dalam beramal."
Kasihan Terhadap Ahli Maksiat
Abu Sufyan ad-Darani pernah berkata, “Kemarahan pada ahli maksiat hanya terjadi ketika pandangan Anda tertuju ke arah mereka. Namun ketika anda berfikir tentang hukuman akhirat yang akan mereka terima, maka rasa kasihan akan menyergap hati Anda.”
Dua Perkara Pemutus Kesenangan Dunia
Ibrahim at-Taimi berkata : "Dua perkara yang memutuskanku dari menikmati kesenangan dunia : (1) mengingat kematian dan (2) memikirkan keadaanku saat berdiri di hadapan Allah untuk mempertanggungjawabkan amalanku ketika di dunia."
Diantara Bentuk Berpaling Dari Allah
Abu Abdurrahman al-‘Umari az-Zahid berkata, “Salah satu bentuk kelalaianmu terhadap dirimu sendiri adalah Anda berpaling dari Allah, yaitu saat Anda melihat sesuatu yang dimurkai oleh-Nya, lalu Anda berlalu begitu saja tanpa melakukan amar ma’ruf nahi munkar karena takut kepada orang yang tidak bisa memberikan manfaat maupun mudharat bagi Anda.
Siapa yang Berhak Anda Beri?
Yazid bin Maisaroh pernah berkata, “Jangan berikan ilmu Anda kepada orang yang tidak mau menuntutnya. Jangan Anda tebarkan mutiara kepada orang yang tidak mau mengambilnya. Dan jangan gelar dagangan Anda di hadapan orang yang akan menghancurkannya.”
Kendalikan Nafsumu!
Abu Bakar al-Warraq pernah berkata, “Mendekatlah kepada Allah dengan meninggalkan hal-hal yang dapat menyibukkanmu dari (mengingat) Allah Subhaanahu Wata'aala! Dan ketahuilah, sesungguhnya tidak ada yang lebih menyibukkanmu dari (mengingat) Allah kecuali hawa nafsumu sendiri.”
Pintu Ketaatan & Kemaksiatan
Sufyan ats-Tsauri pernah berkata : “Berpuasalah, karena puasa itu dapat menutup pintu kemaksiatan dan membukakan pintu ketaatan untukmu.”
Riya’ Nafsu yang Tersembunyi
Ibnul Atsir pernah berkata, “Sesungguhnya diantara bagian hawa nafsu yang tersembunyi adalah merasa senang apabila amalan yang kita perbuat dilihat oleh orang lain.”
Diantara Kata Mutiara Yahya bin Muadz
Yahya bin Muadz pernah berkata, “Malam itu panjang, maka jangan pendekkan dengan tidurmu dan siang itu begitu terang maka janganlah kau menjadikannya gelap dengan dosa-dosamu.”
Tiga Perlakuan Mukmin Terhadap Mukmin Lainnya
Berkata Yahya bin Mu’adz, ”Hendaknya setiap mukmin memperoleh tiga macam perlakuan darimu; Jika kamu tidak dapat memberinya sesuatu manfaat maka janganlah membahayakannya, jika kamu tidak bisa membahagiakannya maka janganlah membuatnya sedih, dan jika kamu tidak memujinya maka janganlah mencelanya.”
Carilah Rejeki Dengan Cara yang Halal!
Hisyam pernah bercerita tentang Muhammad bin Sirin, bahwa diantara nasihat yang biasa disampaikannya kepada orang yang akan bepergian untuk berdagang adalah perkataannya : “Bertakwalah kepada Allah dan carilah rejeki yang telah ditetapkan oleh Allah untukmu dengan cara yang halal, karena sesungguhnya jika Anda mencarinya dengan cara yang tidak halal maka Anda tidak akan mendapatkan melebihi apa yang telah ditakdirkan untukmu.”
Menunda Kebaikan adalah Salah Satu Tentara Iblis
Abu al-Jald pernah berkata, “Menunda-nunda perbuatan baik adalah salah satu tentara diantara bala tentara Iblis yang telah berhasil membinasakan orang banyak.”
Dermawan dan Kikir
Wahab bin Munabbih pernah berkata, “Sesungguhnya orang yang paling dermawan di dunia adalah orang yang menunaikan hak-hak Allah, walaupun orang lain melihatnya sebagai orang kikir dalam hal lain. Dan sesungguhnya orang yang paling kikir di dunia adalah orang yang kikir terhadap hak-hak Allah, walaupun orang lain melihatnya sebagai orang yang dermawan dalam hal lain.”
Tiga Tabiat Harta
Maimun bin Mahran berkata, “Harta memiliki tiga tabiat. Jika seseorang selamat dari satu tabiat, maka belum tentu ia selamat dari dua tabiat lainnya. Dan jika ia selamat dari dua tabiat, maka belum tentu ia selamat dari tabiat ke tiga.”
Harta haruslah berasal dari sumber yang baik. Siapa diantara kalian yang pekerjaannya selamat dari dosa, sehingga ia tidak mendapatkan penghasilan selain dari yang baik?
Apabila seseorang selamat dari tabiat ini, maka ia harus menunaikan hak-hak yang ada di dalam harta.
Dan apabila ia juga selamat dari tabiat ini, maka ia tidak boleh membelanjakanya dengan boros ataupun terlalu kikir.”
Diantara Rahasia Khusyuk dalam Shalat
Muadz bin Jabal radhiyallahu 'anhu pernah berkata kepada anaknya, “Wahai Anakku, apabila Engkau akan mengerjakan shalat, maka shalatlah seperti shalatnya orang yang akan meninggalkan dunia ini, janganlah Engkau mengira bahwa Engkau akan kembali lagi ke dunia ini. Dan ketahuilah Wahai Anakku, sesungguhnya seorang mukmin itu meninggal dunia diantara dua kebaikan ; kebaikan yang telah ia kerjakan dan kebaikan yang akan ia kerjakan.”
Diantara Buah Qiyamul Lail
Hassan bin Athiyyah pernah berkata : “Barangsiapa terbiasa memanjangkan shalat malam (dengan memanjangkan bacaan al-Qur’an ketika berdiri dalam shalat), maka ia akan merasa ringan ketika harus lama berdiri pada Hari Kiamat kelak.”
Tahapan-tahapan Menuntut Ilmu
Sufyan ats-Tsauri berkata, “Dulu, ada ungkapan yang menyatakan : “Tahapan pertama ilmu adalah diam. Kedua, mendengarkan dan menghafalkan. Ketiga, mengamalkan. Keempat, menyebarluaskan dan mengajarkan.”
Diantara Keutamaan Mengikuti Sunnah Nabi
Hassan bin ‘Athiyyah berkata, “Dua raka’at yang dilaksanakan sesuai dengan tuntunan (sunnah) Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, lebih baik daripada tujuh puluh raka’at yang dilaksanakan tidak sesuai dengan sunnah.”
Bid’ah Mematikan Sunnah
Hassan bin Athiyyah pernah berkata : “Tidaklah suatu kaum membuat suatu bid’ah di dalam agama mereka, melainkan Allah akan mencabut sebagian sunnah dari agama meraka sebanding dengan (bid’ah) yang mereka buat. Dan Allah tidak akan mengembalikannya lagi kepada mereka hingga hari kiamat.”
Menikah Dengannya di Surga
Luqman bin ‘Amir menceritakan bahwa Ummu ad-Darda’ pernah berkata, “Ya Allah, sesungguhnya Abu ad-Darda’ telah melamarku, maka ia pun menikahiku di dunia. Ya Allah aku memohon kepada-Mu agar Engkau menikahkanku dengannya di surga.
Abu ad-Darda berkata kepadanya, “Jika Engkau menginginkan hal tersebut, dan Aku meninggal dunia lebih dulu darimu, maka janganlah engkau menikah lagi dengan lelaki lain.”
Luqman berkata, “Ternyata Abu ad-Darda’ meninggal lebih dulu dan meninggalkan dua orang anak untuk Ummu ad-Darda’, mereka berdua adalah Jamal dan Hasan. Kemudian Mu’awiyah datang melamarnya.”
Maka Ummu ad-Darda’ berkata, “Tidak. Demi Allah, saya tidak akan menikah dengan laki-laki lain di dunia sampai saya menikah dengan Abu ad-Darda’ di surga kelak – insya Allah - .”
(Jawahir Shifatush Shafwah)
Rahasia di Balik Ucapan Kaum Salaf
Hamdun bin Ahmad pernah ditanya, “Mengapa ucapan kaum salaf (orang-orang shaleh terdahulu) lebih bermanfaat dari ucapan kita?”
Beliau menjawab, “Karena mereka berbicara untuk kejayaan Islam, keselamatan jiwa dan ridha Allah Yang Maha Pengasih. Sedangkan kita berbicara untuk kejayaan diri sendiri, mencari dunia dan penerimaan makhluk”
Bahaya Bermajelis Bersama Pengekor Hawa Nafsu
Ibnu 'Abbas radhiyallahu ‘anhu pernah berkata : “Janganlah Anda duduk-duduk (bermajelis) bersama para pengikut hawa nafsu, karena sesungguhnya duduk-duduk bersama mereka akan membuat hati menjadi sakit.”
Menghadirkan Hati Saat Beribadah
Harom bin Hayyan pernah berkata : “Tidaklah seorang hamba menghadap (beribadah) kepada Allah dengan menghadirkan hatinya, melainkan Allah akan menghadapkan hati orang-orang yang beriman kepadanya, hingga mereka mencintainya.”
Meninggalkan Sesuatu Karena Allah
Ubay bin Ka’ab radhiyallahu ‘anhu berkata, "Tidaklah seorang hamba meninggalkan sesuatu karena Allah, kecuali Allah akan menggantinya dengan sesuatu yang lebih baik daripadanya dari arah yang tidak dia sangka-sangka. Dan tidaklah seorang hamba menganggap remeh hal yang diharamkan, sehingga ia mengambil yang tidak baik, kecuali Allah akan memberinya sesuatu yang lebih berat daripadanya."
Jauhilah Sifat Sombong, Tamak dan Dengki!
Disebutkan bahwa Aun bin Abdullah datang menemui Al-Fadl bin al-Mahlab yang saat itu sedang berada di tempat Wasith, ia berkata: “Sesungguhnya aku ingin memberimu suatu nasehat.” Lalu Al-Fadl bertanya: “Nasehat apakah itu?”
Aun bin Abdullah menjawab:
“Jauhilah kesombongan, karena sesungguhnya kesombongan adalah dosa yang pertama yang membuat makhluk bermaksiat kepada Allah.” Kemudian ia membaca:
“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: ‘Sujudlah kamu kepada Adam’, maka sujudlah mereka kecuali iblis.” (Al-Baqarah: 34) “Jauhilah sifat tamak, karena sifat itulah yang mengeluarkan Adam dari Surga, padahal Allah telah menempatkan Adam di Surga yang luasnya seluas langit dan bumi, ia makan dari berbagai macam tumbuhan yang ada di Surga kecuali satu pohon yang Allah melarang untuk memakan buahnya, akan tetapi karena tamak, maka Adam memakan buah dari pohon terlarang itu, maka Allah mengeluarkannya dari Surga.” Kemudian ia membaca:
“Turunlah kamu! Sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan.” (Al-Baqarah: 36). “Jauhilah dengki, karena sesungguhnya anak Adam membunuh saudaranya saat ia dengki kepada saudaranya.” Kemudian ia membaca:
“Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya.” (Al-Maa’idah: 27) Tuntutlah Ilmu (Agama)!
‘Urwah bin az-Zubair pernah berkata kepada anak-anaknya, “Wahai anak-anakku! Tuntutlah ilmu! Sesungguhnya, walaupun kini kalian masih kecil, kelak kalian akan menjadi orang-orang besar. Adakah yang lebih buruk daripada seorang yang sudah tua renta lagi bodoh?”
Mujahadah Terhadap Diri Sendiri
Al-Harits pernah berkata, “Barangsiapa mengoreksi batinnya dengan muraqabah (senantiasa merasa diawasi oleh Allah) dan ikhlas, maka ia akan menghiasi lahirnya dengan mujahadah dan mengikuti sunnah Nabi shallallahu 'alahi wasallam, karena Allah berfirman, “Dan orang-orang yang bermujahadah untuk Kami, niscaya akan kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami.” (al-Ankabut : 69)
Bahaya Malas dan Banyak Mengeluh
Muhammad bin ‘Ali bin al-Husain bin ‘Ali bin Abi Thalib pernah berkata kepada anaknya, “Wahai anakku, Jauhilah olehmu sifat malas dan banyak mengeluh, karena sesungguhnya kedua sifat tersebut merupakan kunci dari segala keburukan. Sesungguhnya jika engkau malas, maka engkau tidak akan mampu melaksanakan kewajibanmu. Dan jika engkau banyak mengeluh, maka engkau tidak akan sabar dalam melaksanakan kewajibanmu.” (Jawahir Shifatush Shafwah)
Celaan dan Pujian
Wahb bin Munabbih pernah berkata, “Jika seseorang memujimu dengan sesuatu yang tidak ada pada dirimu, maka janganlah kamu merasa aman dari celaan seseorang terhadapmu atas sesuatu yang tidak ada pada dirimu.” (Jawahir Shifatush Shafwah)
Bahaya Dengki
Seorang bijak berkata: "Orang dengki menentang Tuhannya dengan lima cara, yaitu:
Pertama: Benci terhadap setiap nikmat yang ada pada orang lain.
Kedua: Marah terhadap anugerah Allah, seakan-akan ia berkata kepada Tuhannya: “Mengapa Engkau melakukan pembagian seperti ini?”
Ketiga: Bahwa ia kikir terhadap karunia Allah yaitu bahwa nikmat itu adalah karunia Allah dan Allah akan memberikan karunia-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, sementara ia kikir terhadap karunia Allah itu.
Keempat: Membiarkan dan tidak menolong orang yang diberi nikmat Allah, karena ia menginginkan kehinaan dan hilangnya nikmat itu darinya.
Kelima: Menolong musuhnya, yaitu iblis yang di laknat Allah."
Tiga Nasihat Wahab bin Munabbih
Wahab bin Munabbih pernah berkata kepada salah seorang temannya, “Maukah kamu aku ajarkan sebuah ilmu kedokteran yang tidak sulit dipahami oleh para dokter, sebuah ilmu fikih yang tidak sulit dipahami oleh para ahli fikih dan sebuah ilmu kesantunan yang tidak sulit dipahami oleh mereka yang santun?”
“Tentu, wahai Abu Abdillah,” jawab temannya.
Wahab pun bekata, “Ilmu kedokteran yang tidak sulit dipahami oleh para dokter adalah : jangan memakan makanan kecuali Anda membaca basmalah di awalnya dan membaca hamdalah di akhirnya.
Sedangkan ilmu fikih yang tidak sulit dipahami oleh para ahli fikih adalah : jika Anda ditanya tentang sesuatu yang Anda ketahui maka jawablah menurut pengetahuan Anda. Dan jika Anda ditanya tentang sesuatu yang tidak Anda ketahui maka katakanlah ‘Aku tidak tahu’.”
Adapun ilmu kesantunan yang tidak sulit dipahami oleh mereka yang santun adalah : memperbanyak diam, kecuali ketika Anda ingin bertanya tentang sesuatu.”
Bersih Hati Kaum Salaf
Dari Sufyan bin Dinar, ia berkata: Aku berkata kepada Abu Basyar: “Beritahukan kepadaku tentang apa yang dilakukan orang-orang sebelum kita?”.
Abu Basyar berkata: “Mereka melakukan pekerjaan yang ringan akan tetapi mereka mendapat pahala yang banyak”.
Sufyan berkata: “Mengapa bisa demikian?”.
Abu Basyar menjawab: “Karena hati mereka bersih”.
Tangisan Karena Takut Kepada Allah
Yazid bin Maisarah pernah berkata : “Tangisan ada tujuh macam : tangisan karena suka cita, tangisan karena duka cita, tangisan karena ketakutan, tangisan karena riya’, tangisan karena kesakitan, tangisan karena kesyukuran dan tangisan karena takut kepada Allah subhanahu wata'aala. Tangisan yang terakhir (yaitu tangisan karena takut kepada Allah), setetes air matanya dapat memadamkan seluas lautan api neraka.”
Diantara Tanda Husnul Khatimah
Ka’ab al-Ahbar berkata : “Jika Anda ingin mengetahui apa yang didapatkan oleh seseorang di sisi Allah, maka perhatikanlah pujian baik yang mengikuti kematiannya.”
Keutamaan Sedekah Secara Tersembunyi
Dari Abu Hamzah ats-Tsumali diriwayatkan bahwa ia menceritakan, “Dahulu Ali bin al-Husain biasa memanggul karung (makanan) setiap malam untuk disedekahkan. Dan beliau pernah berkata, “Sesungguhnya sedekah yang dilakukan secara diam-diam dapat memadamkan kemurkaan Allah ‘azza wa jalla”
Ikhlas dalam Menyampaikan Nasehat
Umar bin Abdul Aziz berkata, “Tidak akan bermanfaat bagi hati, selain apa yang keluar dari hati.”
Menyesal Karena Tidak Sempat Berjihad
Ahmad bin Ibrahim berkata (tentang Yunus) : “Menjelang kematiannya, Yunus sempat memandangi kedua kakinya dan ia menangis. Kemudian ia ditanya, “Apa yang membuatmu menangis, wahai Abu Abdillah?”
Ia menjawab, “Kedua kakiku ini belum pernah terkena debu karena berperang di jalan Allah.”
Lima Pekerti Keberanian
Sirri as-Saqti berkata : “Jika seseorang memiliki lima hal ini, maka ia adalah figur pemberani dan seorang pahlawan. Lima hal tersebut adalah : (1) istiqamah terhadap perintah Allah tanpa tipu daya, (2) serius tanpa disertai lupa, (3) siap siaga tanpa disertai kelalaian, (4) muraqabatullah (selalu merasa diawasi Allah) di kala menyendiri maupun bersama orang banyak tanpa disertai riya’ dan (5) mengantisipasi kematian dengan bersiap-siap.”
Seorang Khalifah Melayani Seorang Nenek
Al-‘Auzai’i berkata, “Umar bin Khaththab pernah keluar di tengah kegelapan malam, lalu dilihat oleh Thalhah. Umar memasuki sebuah rumah lalu masuk ke rumah lainnya. Pada keesokan harinya, Thalhah pergi ke rumah itu, ternyata di dalamnya ada seorang nenek yang buta dan lumpuh. Ia bertanya, “Mengapa orang itu datang kepadamu?” Nenek itu menjawab, “Ia secara rutin mendatangiku semenjak begini dan begini untuk mengurusku dan mengeluarkan kotoranku.” Lalu Thalhah bergumam sendiri, “Celakalah engkau wahai Thalhah, apakah engkau hendak mencari-cari kesalahan Umar?”
Amalkanlah Ilmu Sebelum Engkau Sampaikan Kepada Orang Lain!
Malik bin Dinar berkata, “Ulama yang tidak mau mengamalkan ilmunya, ceramahnya akan meleset dari hati pendengarnya, seperti tetesan air yang meleset dari batu yang licin.”
Berbaik Sangka Terhadap Sesama Muslim
Abdul Aziz bin Umar berkata, Ayahku pernah berkata kepadaku, “Anakku, jika engkau mendengar ucapan dari seorang muslim, maka janganlah memahaminya secara negatif selama masih ada kemungkinan untuk dipahami secara positif.”
Memandang Rendah Diri Sendiri
Muhamad bin Wasi’ pernah berkata, “Andaikata dosa itu mempunyai bau, niscaya kalian tidak akan sanggup berdekatan denganku karena busuknya bauku.”
[Muhammad bin Wasi’ adalah salah seorang imam, ulama dan ahli ibadah dari kalangan tabi’in]
Diantara Etika Mendengarkan Ilmu
Abu Sulaiman ad-Darani berkata, “Sungguh, terkadang ada seseorang yang menyampaikan hadits kepadaku padahal aku lebih tahu tentang hadits tersebut daripada dia. Akan tetapi, aku tetap mendengarkannya dengan sungguh-sungguh, seolah-olah aku belum pernah mendengarnya.”
Contoh Sikap Itsar Penduduk Madinah
Mujahid berkata, “Di kota Madinah pernah ada sebuah keluarga miskin yang mempunyai satu kepala kambing (untuk dimakan), lalu mereka mendapatkan sesuatu (selain kepala kambing tersebut). Mereka berkata, “Sebaiknya kepala kambing ini kita berikan kepada orang yang lebih membutuhkan daripada kita.” Mereka pun memberikan kepala kambing tersebut kepada orang lain. Ternyata, orang yang diberi tidak memakannya, akan tetapi ia memberikannya kepada orang lain yang lebih membutuhkan dari dirinya dan demikian seterusnya. Kepala kambing itu terus berpindah tangan diantara penduduk kota Madinah sampai akhirnya kembali lagi kepada keluarga yang mengeluarkannya pertama kali.”
(Itsar : mendahulukan kepentingan orang lain atas kepentingan pribadi)Bermanfaatkah Pertanyaanku?
Hassan bin Abi Sinan pernah melewati sebuah bangunan, lalu ia bertanya, “Sejak kapan bangunan ini berdiri?”
Tak lama kemudian, ia balik bertanya kepada dirinya sendiri seraya berkata, “Tidak ada urusan denganmu sejak kapan bangunan itu berdiri. Engkau telah menanyakan sesuatu yang tidak penting bagimu.”
Lisan Cerminan Hati
Yahya bin Muadz berkata, “Hati itu seperti kuali yang mendidih di dalam dada seseorang yang mendidihkan segala sesuatu yang ada di dalamnya. Dan sendoknya adalah lisannya. Maka tunggulah seseorang sampai ia berbicara, karena lisannya sedang menyendok sesuatu dari hatinya, mulai dari yang manis, asam, tawar dan pahit untuk diberikan kepada Anda. Sendokan lisannya itulah yang akan memberi tahu anda tentang cita rasa hatinya.”
Trik Cantik Menggapai Kerendahan Hati
Apabila Bakar bin Abdullah al-Muzani melihat orang yang lebih tua, ia berkata, “Ia lebih baik dariku, karena Ia telah beribadah kepada Allah sebelumku.”
Apabila ia melihat orang yang lebih muda, ia berkata, “Ia lebih baik dariku, karena aku telah lebih dulu berbuat dosa sebelum Dia.”
Zuhud Terhadap Kekuasaan
Yusuf bin Asbath berkata, “Aku mendengar Sufyan ats-Tsauri berkata, ‘Aku melihat bahwa zuhud yang tersulit bagi seseorang adalah zuhud terhadap kekuasaan. Anda bisa melihat orang bersikap zuhud terhadap makanan, minuman, kekayaan dan pakaian. Tetapi bila ada pembagian kekuasaan, maka ia berebut dan bersaing untuk mendapatkannya.’
Tiga Bentuk Kesabaran
Sufyan ats-Tsauri pernah berkata, “Tiga hal yang termasuk dalam bagian kesabaran adalah : (1) jangan menceritakan kemaksiatan yang pernah Anda lakukan, (2) jangan menceritakan sakit yang Anda derita dan (3) jangan merasa diri Anda suci.”
Menundukkan Syahwat
Wahab bin Munabbih berkata, “Barang siapa menjadikan syahwatnya di bawah telapak kakinya, maka setan akan ketakutan pada bayangannya. Dan barangsiapa kesantunannya mampu mengalahkan hawa nafsunya, maka itulah orang yang berilmu lagi perkasa.”
9 Amalan Lisan
Ibnu Sirin meriwayatkan bahwa Rabi’ bin Khutsaim berkata, “Jangan banyak mengucapkan sesuatu selain sembilan hal : tasbih, takbir, tahlil, tahmid, meminta kebaikan, memohon perlindungan dari keburukan, menyuruh berbuat kebajikan, mencegah perbuatan munkar dan membaca al-Qur’an.”
Kecaman Terhadap Pecinta Popularitas
Bisyr bin Harits berkata, “Aku tidak mengetahui orang yang ingin terkenal, melainkan agamanya hilang dan aibnya terbongkar.”
Ia juga berkata, “Tidak akan menemukan manisnya akhirat, orang yang ingin dikenal orang banyak.”
Jangan Menggunjing dan Jangan Biarkan Orang Lain Menggunjing!
Musa bin Ibrahim berkata, "Aku pernah datang ke tempat Ma’ruf dan ternyata di sisinya ada seorang pria yang sedang menggunjing pria lainnya. Maka Ma’ruf berkata kepadanya, “Ingatlah ketika kapas diletakkan di matamu.”
Hazm berkata, “Maimun bin Siyah tidak mau menggunjing dan tidak membiarkan siapapun menggunjing di sisinya. (Jika ada seseorang yang sedang menggunjing orang lain,) ia pasti mencegahnya. Jika tidak berhasil, ia akan meninggalkannya.”
Perdebatan yang Tercela dan Kecaman Terhadapnya
Imam al-Auza’i berkata, :Tinggalkanlah perdebatan yang bisa memfitnah hati, menumbuhkan dendam, mengeraskan hati dan menipiskan kehati-hatian ketika berbicara dan berbuat.”
Dan beliau mendengar Bilal bin Sa’ad berkata, “Jika Anda melihat seseorang yang keras kepala, suka berdebat dan bangga pada pendapatnya sendiri, maka sempurnalah kerugiannya.”
Membenarkan Sumpah Seorang Muslim
Berkata al-‘Auza’i : Di hari meninggalnya salah seorang putra dari Bilal bin Sa’d, datang seorang lelaki mengaku bahwa putra dari Bilal bin Sa’d tersebut berhutang sebanyak dua puluh lima dinar kepadanya dan menuntut pelunasan hutang tersebut dari Bilal bin Sa’d.
Bilal : “Apakah Anda mempunyai saksi untuk itu?” Sang lelaki : “Tidak.”
Bilal : “Apakah Anda mempunyai bukti tertulis?” Sang lelaki : “Tidak.”
Bilal : “Maukah Anda bersumpah dengan nama Allah bahwa anakku benar-benar berhutang kepada Anda sebanyak yang Anda sebutkan?”
Sang lelaki : “Ya.”
Maka lelaki itu pun bersumpah. Setelah mendengar sumpah lelaki tersebut, Bilal masuk ke dalam rumahnya dan memberikan dua pulih lima dinar kepada lelaki tersebut seraya berkata, “Kalau Anda jujur dalam sumpahmu, berarti saya telah melunasi hutang anakku kepadamu, akan tetapi jika anda berdusta, maka anggaplah harta yang baru saja Anda ambil itu sebagai shadaqah dariku.”
Penyakit Ujub dan Terapi Penyembuhannya
Bisyr bin Harits berkata, “Ujub adalah menganggap banyak amal sendiri dan menganggap sedikit amal manusia atau amal orang lain.”
Abu Sulaiman ad-Darani pernah berkata, “Bagaimana mungkin seorang yang berakal bisa merasa ujub ? Padahal amal termasuk bagian dari karunia Allah yang seharusnya disyukuri dan membuatnya merasa rendah hati.”
Allah Mengetahui yang Lahir dan yang Batin
Jika Anda duduk di hadapan manusia untuk menyampaikan nasihat atau pelajaran, maka jadilah penasihat untuk dirimu dan hatimu sendiri. Janganlah Anda tertipu dengan banyaknya orang yang berkumpul di sekitarmu, karena mereka semua hanya mengetahui hal-hal yang lahir dari dirimu, akan tetapi Allah mengetahui apa apa yang ada di dalam batinmu.” (Abu Hafs)
___________________
___________________