Allah Meneguhkan Orang-Orang yang Beriman Dalam Kehidupan di Dunia dan di Akherat Dengan Ucapan yang Teguh
بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ وَيُضِلُّ اللَّهُ الظَّالِمِينَ وَيَفْعَلُ اللَّهُ مَا يَشَاءُ
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ وَيُضِلُّ اللَّهُ الظَّالِمِينَ وَيَفْعَلُ اللَّهُ مَا يَشَاءُ
“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu didalam kehidupan di dunia dan di akherat, dan Allah menyesatkan orang-orang yang zhalim dan berbuat apa yang Dia kehendaki.” (Qs. Ibrahim : 27)
Imam al-Bukhari telah meriwayatkan dari al-Bara’ bin ‘Azib radhiyallahu’anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
“Apabila seorang muslim ditanya didalam kubur nanti, maka ia bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak di ibadahi (dengan benar) kecuali Allah, dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah. Maka itulah firman Allah subhanahu wa ta’ala: “Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu didalam kehidupan didunia dan diakherat.”
(HR. Al-Bukhari no. 4699. Fathul Baari VIII/229). Diriwayatkan pula oleh Muslim no. 2871, Abu Daud no. 4750, dan at-Tirmidzi no. 3120)
Dan diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari al-Bara’ bin ‘Azib, ia berkata:
“Kami pernah keluar bersama Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam untuk menghadiri pemakaman seorang laki-laki dari al-Anshar. Setelah tiba dikuburan, dan mayat belum dimasukkan ke liang lahat, Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam duduk, dan kamipun duduk disekitarnya. Seakan-akan diataskepala kami ada burung (yakni, begitu hening dan terdiam karena menghormati keberadaan beliau). Sambil memegang sebilah ranting Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam menggores-gores tanah dengan ujungnya (seperti orang yang sedang serius berfikir –pent), tak lama kemudian tak lama kemudia Beliau mengangkat kepala seraya berkata: “Berlindunglah kepada Allah dari siksa kubur.” –Beliau mengucapkannya dua/tiga kali-, lalu Beliau bersabda:
“Sesungguhnya apabila seorang hamba yang beriman akan pergi meninggalkan dunia menuju negeri akherat, maka turunlah dari langit beberapa Malaikat berwajah putih bagai matahari kepadanya membawa kain kafan dan hanuut (ramuan/obat yang diisikan pada mayat agar tidak rusak) dari Surga. Hingga duduk didekatnya, sedang jumlah mereka sejauh mata memandang. Kemudian datanglah Malaikat maut lalu duduk disamping kepalanya. Malaikat maut berkata, “Wahai jiwa yang baik keluarlah menuju ampunan dan keridhaan Allah.” Maka keluarlah ruh orang beriman itu bagai tetes air yang keluar dari mulut wadah air (dari kulit) dan disambut oleh Malaikat maut.
Seketika itu pula para Malaikat yang ada didekatnya, langsung mengambil dan meletakan ruhnya kedalam kafan dan hanuut tersebut dengan menebarkan semerbak kesturi yang paling wangi diseluruh penjuru dunia. Kemudian mereka naik membawanya. Setiap melewati sekelompok malaikat mereka bertanya, “Siapakah ruh yang sangat wangi ini?” Maka para malaikat yang menggiringnya pun menyebutkan nama orang beriman itu dengan nama yang paling baik yang pernah diberikan oleh manusia semasa ia masih hidup.
Setibanya dilangit yang pertama, malaikat yang menggiring meminta dibukakan pintu. Lalu dibukakan untuknya, kemudian secara bersama-sama mereka mengantarkannya kelangit berikutnya, hingga ruh tersebut tiba dilangit ketujuh. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, “Tulislah catatan hidup hamba-Ku ini didalam surga Illiyyiin (tempat yang paling tinggi), lalu kembalikanl;ah ia kebumi. Karena sesungguhnya Aku telah menciptakan mereka (manusia) dari tanah dan akan mengembalikannya ketanah. Setelah itu Aku akan mngeluarkannya kembali dari tanah kembali untuk kedua kalinya.”
Setelah ruh itu dikembalikan lagi kedalam jasadnya, datanglah dua malaikat. Kedua malaikat itu mendudukannya seraya bertanya, “Siapa Rabb-mu?”
“Allah adalah Rabb-ku” jawab orang beriman itu.
Dua malaikat bertanya, “Apa agamamu?”
“Islam agamaku,” jawabnya.
Dua malaikat bertanya lagi, “Siapakah laki-laki yang diutus kepadamu?”
“Dia adalah Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam’” sahutnya.
Dua malaikat bertanya, “Dari mana kamu mengenalinya?”.
“Aku telah membaca kitab Allah lalu aku beriman dan membenarkannya.” Jawabnya.
Maka terdengarlah seruan dari langit; “Sungguh telah benar hamba-Ku, siapkanlah untuknya permadani dari surga, berikanlah ia pakaian dari surga dan bukakanlah untuknya pintu menuju surga.”
Lalu angin dan harum surga mendatanginya, datang dari pintu itu. Kemudian kuburnya diluaskan seluas mata memandang. Dan tak lama kemudian, datanglah seorang laki-laki tampan berpakaian indah, menebarkan wangi semerbak. Ia berkata, “Bergembiralah dengan orang yang akan membuatmu senang, inilah harimu yang dahulu dijanjikan untukmu.” “Siapakah kamu, wajahmu seperti membawa kabar baik?” tanya orang beriman itu. “Aku adalah amal baikmu.”
Orang beriman itupun berkata “Wahai Rabb-ku, bangkitkanlah hari kiamat wahai Rabb-ku, bangkitkanlah hari kiamat, agar aku dapat kembali kepada keluarga dan harta-hartaku.”
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam melanjutkan sabdanya, “Dan sesungguhnya seorang hamba yang kafir apabila dalam keadaan sakaratul maut dan menunggu tibanya saat pulang ke negeri akherat, maka turunlah beberapa orang malaikat dari langit yang berwajah hitam membawa kain dari bulu yang kasar. Lalu mereka duduk didekatnya, sedang banyaknya sejauh mata memandang. Lalu datang pula malaikat maut dan duduk disamping kepalanya.
Malaikat maut berkata, “Wahai jiwa yang kotor, keluarlah menuju kemarahan dan kemurkaan Allah.” Maka (mendengar ucapan itu) ruh orang kafir itu bercerai-berai dalam tubuhnya. Lalu malaikat maut mencabutnya dari jasadnya bagaikan mengeluarkan besi dari kain wol yang basah.
Maka seketika itu pula para malaikat yang duduk didekatnya langsung mengambil dan meletakkannya kedalam kain kasar tersebut. Lalu ia keluar darinya dengan menebarkan bau bangkai yang lebih busuk dari bau bangkai apapun didnuia. Kemudian para malaikat naik membawanya menuju langit. Setiap melewati kelompok malaikat, mereka bertanya, “Siapakah ruh yang sangat busuk ini?” Maka para malaikat yang menggiringnya pun menjawab seraya menyebutkan nama yang paling buruk yang dahulu diberikan untuknya selama didunia.
Setibanya dilangit dunia, maka pintu langit diminta untuk membuka, namun tidak dibukakan. Lalu Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam membaca firman Allah Ta’ala, “Sekali-kali tidak dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga unta masuk kelubang jarum (mustahil).” (Qs. Al-A’raaf : 40).
Maka Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, “Tulislah catatan hidupnya didalam neraka Sijjin dikerak bumi yang paling dasar.” Kemudian ruhnya dilemparkan ke bumi. Lalu Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam membaca firman Allah subhanahu wa ta’ala lagi, “Barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka adalah ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ketempat yang jauh.” (Qs. Al-Hajj : 31)
Maka Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, “Tulislah catatan hidupnya didalam neraka Sijjin dikerak bumi yang paling dasar.” Kemudian ruhnya dilemparkan ke bumi. Lalu Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam membaca firman Allah subhanahu wa ta’ala lagi, “Barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka adalah ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ketempat yang jauh.” (Qs. Al-Hajj : 31)
Setelah ruh itu dikembalikan kejasadnya, maka datanglah dua malaikat yang kemudian mendudukannya seraya berkata kepadanya, “Siapa Rabb-mu?”.
“Hah, hah, aku tidak tau.” Jawabnya
Dua malaikat itu kembali bertanya, “Apa agamamu?”.
“Hah, hah, aku tidak tau.” Jawabnya.
Dua malaikat kembali bertanya, “Siapakah laki-laki yang diutus kepadamu?”
“Hah, hah, aku tidak tau.” Sahutnya.
Maka terdengarlah seruan dari langit; “Sungguh dia telah berdusta, siapkanlah permadani dari neraka untuknya, dan bukakanlah untuknya pintu menuju neraka.”
Maka datanglah kepadanya dari pintu neraka itu hawa yang panas, lalu kuburnya disempitkan hingga tulang-belulangnya menjadi remuk. Kemudian datanglah seorang laki-laki berwajah jelek, berpakaian buruk dan berbau busuk. Laki-laki itu berkata, “Bergembiralah dengan orang yang akan menyusahkanmu, inilah hari yang telah dijanjikan kepadamu.”
“Siapakah kamu, wajahmu seperti membawa keburukan?” tanya orang kafir itu.
“Aku adalah perbuatan jahatmu.” Jawabnya
Orang kafir itupun berkata, “Wahai Rabb-ku, janganlah Engkau bangkitkan hari kiamat.”
(HR. Ahmad IV/287. Shahih, lihat al-Musnad no. 18534 [XXX/503]. Diriwayatkan juga oleh Abu Daud III/546, an-Nasa’i IV/78, dan Ibnu Majah I/494).
Imam ‘Abd bin Humaid meriwayatkan dalam musnad-nya dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu, Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam bersabda:
“Sesungguhnya apabila seorang hamba telah diletakkan didalam kuburnya, lalu teman-temannya satu-persatu meninggalkannya, dan sesungguhnya ia mendengar bunyi langkah kaki mereka, maka datanglah dua malaikat. Setelah mendudukannya kedua malaikat itu berkata kepadanya, “ Apa yang dahulu kamu katakan tentang laki-laki ini (Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam)?” Jika dia orang mukmin maka ia akan menjawab, “Aku bersaksi bahwa sesungguhnya ia adalah hamba dan utusan Allah.” Atas jawaban itu, maka dikatakan kepadanya. “Pandanglah tempat tinggalmu dineraka. Sesungguhnya Allah telah menggantikannya dengan tempat tinggal di surga.” Lalu Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, maka ia pun melihat kedua tempat tinggal itu secara bersamaan.”
Qatadah berkata, “Disebutkan kepada kami bahwa kubur orang yang beriman akan diluaskan sepanjang 70 hasta, lalu dipenuhi dengan taman-taman yang hijau hingga tiba saatnya hari kiamat.” (Al-Muntakhab karya ‘Abn bin Humaid no. 1178)
Diriwayatkan oleh Muslim dari ‘Abd bin Humaid, dan an-Nasa’i dari hadits Yunus bin Muhammad al-Muaddib. (HR. No. 2870, an-Nasa’i IV/97, dan at-Tirmidzi no. 1071)
Al-Hafizh Abu ‘Isa at-Tirmidzi rahimahullah telah meriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
“Apabila mayat (atau salah seorang kamu) telah dikuburkan, maka datanglah kepadanya dua malaikat yang hitam (kulitnya) dan biru (matanya). Yang pertama bernama Munkar dan yang kedua bernama Nakir. Kedua malaikat itu berkata, “Apa yang kamu dahulu katakan tentang laki-laki ini?” Ia menjawab dengan apa yang dahulu (ketika didunia) biasa ia katakan, “Dia adalah hamba dan utusan Allah. Maka dari itu aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak di ibadahi (dengan benar) selain Allah dan aku juga bersaksi bahwa Muhammad itu adalah hamba dan utusan-Nya.” Maka berkatalah kedua malaikat itu, “Sungguh kami dahulu telah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu memang mengucapkannya.” Kemudian atas jawaban itu, maka kuburnya pun diluaskan 70 hasta dan diberikan cahaya yang meneranginya. Lalu dikatakan kepadanya, “Tidurlah”, Orang itu berkata, “Kembalikanlah aku kepada keluargaku, supaya aku dapat memberitahu (hal ini) kepada mereka.” Maka berkatalah kedua malaikat itu, “Tidurlah bagai seorang pengantin yang tidak akan dibangunkan melainkan oleh yang dicintainya (yakni, tidur dalam keadaan menyenangkan) hingga Allah Subhanahu wa Ta’ala sendiri yang akan membangunkan (membangkitkan)nya dari tempat pembaringan itu.”
Namun jika yang mati itu adalah seorang mnuafik, maka ia akan menjawab pertanyaan dua malaikat itu (dengan katanya), “Aku dahulu mendengar orang-orang berkata (tentangnya), dan akupun berkata seperti ucapan mereka, namun aku tidak tau.” Maka berkatalah kedua malaikat itu, “Sungguh kami telah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu memang mengucapkannya.” Lalu diperintahkan kepada bumi, “Himpitlah orang ini.” Maka bumipun menjepitnya hingga tulang-belulang orang munafik itu remuk. Dan senantiasa didalam kubur ia disiksa sampai Allah subhanahu wa ta’ala membangkitkannya dari tempat pembaringan itu.”
(HR. At-Tirmidzi no. 1071. At-Tirmidzi mengatakan: Hadits ini hasan gharib)
Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, tentang firman Allah Subhanahu wa Ta’ala, “Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu didalam kehidupan didunia dan diakherat.” Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
“Apabila dikatakan kepadanya didalam kubur, “Siapa Rabb-mu? Apa agamamu? Dan Siapa Nabimu?” Ia menjawab, “Allah Rabbku, Islam agamaku dan Muhammad Nabiku. Ia (Muhammad) datang membawa penjelasan dari Allah, lalu akupun beriman dan membenarkannya.” Maka dikatakan kepadanya, “Kamu benar, diatas landasan itulah kamu hidup, mati dan akan dibangkitkan kembali.” (At-Thabari XVI/596)
Diriwayatkan pula oleh Ibnu Jarir, dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Nabi Shallallahu’alaihi wa Sallam bersabda:
“Demi Dzat yang jiwaku ada ditangnnya, sesungguhnya seseorang mayit dapat mendengarkan suara telapak sendal kamu sekalian seketika berpaling meninggalkannya. Lalu jika orang itu beriman, maka shalatnya akan menemani didekat kepalanya, zakatnya disebelah kanan, puasanya disebelah kiri, dan perbuatan-perbuatan baiknya, sepertii sedekah, menghubungkan silaturahim dan kebaikannya terhadap oranglain akan menemaninya dibagian kedua kaki. Sehingga ketika itu ia didatangi (malaikat maut) dari arah kepala, maka shalatnya berkata, “Disini tidak ada jalan masuk.” Tatkala ia didatangi dari sebelah kanan, zakatnya berkata, “disini tidak ada tempat masuk.” Kemudian manakala ia didatangi lagi dari sebelah kirinya, puasanya berkata, “disini tidak ada jalan masuk.” Dan ketika ia didatangi lagi dari sebelah kaki, maka amal perbuatan baiknya pun berkata, “Disini tidak ada jalan masuk.” Lalu dikatakanlah kepadanya, “Duduklah!” maka iapun duduk. Sementara itu, dibayangkan seakan-akan matahari akan terbenam.”
Kemudia dikatakan lagi kepadanya, “Jawablah tentang apa yang kami tanyakan kepadamu (tentang Muhammad).” Ia menjawab, “Biarkan aku shalat terlebih dahulu.” Maka dikatakan kepadanya,”Sesungguhnya kamu pasti melakukanya, maka dari itu jawablah apa yang kami tanyakan kepadamu.”
Orang beriman itupun berkata, “Memangnya apa yang kamu tanyakan padaku?” Maka dikatakan kepadanya, “Apa perkataanmu tentang laki-laki ini yang dahulu diutus kepada kamu? bagaimana pendapatmu tentangnya? “
“Maksudnya Muhammad?” orang beriman itu balik bertanya. Maka dikatakan kepadanya, ”Iya”.
Orang beriman itupun berkata, “Aku bersaksi bahwa sesungguhnya dia adalah utusan Allah, dan sesungguhnya ia telah datang membawa penjelasan dari Allah, dan kamipun membenarkannya.”
Maka dikatakan kepadanya, “Atas (keyakinan) itulah kamu telah dihidupkan, dimatikan dan dibangkitkan kembali dengan seizin Allah.”
Kemudia kubur orang beriman itupun diluaskan sepanjang 70 hasta dan diberikan lentera yang meneranginya, serta dibukakan untuknya pintu menuju surga. Lalu dikatakan kepadanya, “Lihatlah apa yang telah Allah janjikan untukmu disurga.” (Dengan begitu), bertambah-tambahlah keinginan untuk mendapatkan karunia (Surga) itu, dengan penuh kegembiraan.
Maka ruhnya diletakkan didalam burung hijau yang bertengger dipohon surga, sedangkan jasadnya dikembalikan menjadi tanah. Dan itulah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala, “Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu didalam kehidupan didunia dan di akherat.” (Ath-Thabari XVI/596). Diriwayatkan juga oleh Ibnu Hibban dan didalamnya juga disebutkan tentang jawaban-jawaban orang kafir beserta siksaan terhadapnya (tatkala pertanyaan serupa dilontarkan kepadanya). (HR. Ibnu Hibban V/45).
‘Abdurrazzaq meriwayatkan dari Thawus tentang firman Allah Subhanahu wa Ta’ala, “Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu didalam kehidupan didunia,” Yakni kalimat Laa Ilaaha illallah (Tidak ada ilah yang berhak di ibadahi dengan benar kecuali Allah). Sedangkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala, “Dan di akherat” Yakni ketika menjawab pertanyaan didalam kubur.” (Mushannaf ‘Abdurrazzaq II/342).
Sementara Qatadah berkata, “Adapun dalam kehidupan didunia, maka Allah meneguhkan orang-orang beriman dengan kebaikan dan amal perbuatan yang shalih. Sedangkan diakherat adalah (ketika menjawab pertanyaan) didalam kubur”. Sebagaimana yang telah diriwayatkan lebih dari satu orang ulama salaf. (Ath-Thabari XVI/602)
_________________________
[Shahih Tafsir Ibnu Katsir Jilid 5, Juz 13. Hal. 41-55. Pustaka Ibnu Katsir]