Nasehat Al-Imam Hasan Al-Bashri rahimahullah

Label:

Al-Imam Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata :
“Wahai manusia, sesungguhnya aku tengah menasihati kalian, dan bukan berarti aku orang yang terbaik di antara kalian, bukan pula orang yang paling shalih di antara kalian. Sungguh, akupun telah banyak melampaui
batas terhadap diriku.
Aku tidak sanggup mengekangnya dengan sempurna, tidak pula membawanya sesuai dengan kewajiban dalam menaati Rabb-nya. Andaikata seorang muslim tidak memberi nasihat kepada saudaranya kecuali setelah dirinya menjadi orang yang sempurna, niscaya tidak akan ada para pemberi nasihat. Akan menjadi sedikit jumlah orang yang mau memberi peringatan dan tidak akan ada orang-orang yang berdakwah di jalan Allah ‘Azza wa Jalla, tidak ada yang mengajak untuk taat kepada-Nya, tidak pula melarang dari memaksiati-Nya. Namun dengan berkumpulnya ulama dan kaum mukminin, sebagian memperingatkan kepada sebagian yang lain, niscaya hati-hati orang-orang yang bertakwa akan hidup dan mendapat peringatan dari kelalaian serta aman dari lupa dan kekhilafan. Maka terus meneruslah berada pada majelis-majelis dzikir (majelis ilmu), semoga Allah ‘Azza wa Jalla mengampuni kalian. Bisa jadi ada satu kata yang terdengar dan kata itu merendahkan diri kita namun sangat bermanfaat bagi kita. Bertaqwalah kalian semua kepada Allah ‘Azza wa Jalla dengan sebenar-benarnya taqwa dan janganlah kalian mati kecuali dalam keadaan muslim.”
 
(Mawai’zh lilImam Al-Hasan Al-Bashri, hal.185-187)

Buku Sejarah Berdarah Sekte Salafi Wahabi Tidak Layak Dibaca dan Buku Ini Gagal untuk Mematahkan Argumen-argumen dalam Mengkritisi Paham Salafi Wahabi

Label: ,

Sebelum menyampaikan bedah buku ini, Ustadz Ridwan Hamidi, Lc. MA juga telah diminta untuk membedah buku yang sama di Jakarta. Acara tersebut diselenggarakan oleh Kementrian Agama Bidang Litbang. Pada acara tersebut dihadiri oleh tiga orang pembicara diantaranya, Ustadz Ridwan Hamidi, Lc. M.A, DR. Harpandi selaku Rektor Universitas Al-Aqidah Jakarta, Abdul Moqsith Ghazali dari Jaringan Islam Liberal.

Buku ini diberi pengantar oleh Prof. DR. KH Said Aqil Siradj, MA yang merupakan ketua umum PBNU. Dalam pengantarnya disampaikan bahwa buku ini adalah sebuah sebuah buku yang secara ilmiah menguak kebenaran ramalan Rasululloh Shalallahu Alaihi wa Salam melalui sabdanya, akan lahir dari keturunan orang ini suatu kaum yang membaca Al-Qur’an tapi tidak sampai melewati batas tenggorokan, mereka keluar dari agama seperti anak panah tembus keluar dari badan binatang buruan, mereka memerangi orang Islam namun membiarkan para penyembah berhala.
 
Hal yang membuat buku ini semakin tersebar juga karena adanya testimoni dari beberapa tokoh diantaranya Arifin Ilham yang telah menyampaikan bahwa rumah-rumah setiap muslim perlu dihiasi dengan buku penting seperti ini agar anak-anak mereka juga turut membacanya untuk membentengi mereka dengan pemahaman yang lurus, Islam adalah agama yang lembut, santun dan penuh kasih sayang.

Kemudian testimoni lain juga hadir dari Ketua MUI Ma’ruf Amin yang menyampaikan bahwa buku ini layak dibaca oleh siapapun, beliau berharap setelah membaca buku ini seorang muslim meningkat kesadarannya, bertambah kasih sayangnya, rukun dengan saudaranya, santun dengan sesama umat, lapang dada dalam menerima perbedaan dan adil dalam menyikapi permasalahan.

Buku ini cukup laris karena telah dicetak sebanyak 7 kali cetakan dalam tahun 2011 ini. Ustadz Ridwan Hamidi menyampaikan pula bahwa masih terbuka lebar untuk membuat sanggahan dalam bentuk buku, tulisan dan semisalnya.

Ustadz Ridwan Hamidi menyampaikan beberapa kelemahan yang terdapat dalam buku ini, yang pertama dari sisi penulisnya. Penulis buku ini adalah Syaikh Idahram dan penulis ini adalah majhul (tidak dikenal). Semua pembicara dan termasuk yang hadir pada acara bedah buku sebelumnya di Jakarta baik dari kalangan perguruan tinggi, ormas-ormas Islam kemudian dari beberapa pesantren juga sudah mencoba mencari dan tidak menemukan nama sang penulis. Ustadz Ridwan Hamidi juga menjelaskan bahwa nama ini sepertinya adalah nama samaran atau nama pena. Bisa beberapa kemungkinan seperti “Marhadi” (dibalik dari kata idahram) atau “Rahmadi” (hasil rangkaian kata dari idahram).

Kelemahan yang kedua adalah tidak konsisten dalam tujuan penulisan buku ini (terdapat dibagian pengantar buku). Disampaikan bahwa buku ini ditulis bukan untuk memperbesar jurang dan perpecahan tersebut melainkan untuk memperbaiki keadaan yang tidak nyaman itu dan meluruskan apa yang seharusnya diluruskan dengan cara menyingkap kekeliruan-kekeliruan pemahaman kaum salafi wahabi yang sangat tersembunyi dan hampir tidak pernah disadari oleh para pengikutnya dan bahkan tokoh-tokohnya sekalipun. Itu adalah keinginan dari penulis akan tetapi sebaliknya buku tersebut justru memunculkan masalah-masalah baru karena jurang yang muncul bertambah semakin besar.

Kelemahan yang ketiga ialah dalam definisi salaf, salafi dan seterusnya. Pada tidak lebih dari lima halaman awal sumber rujukan dari pendefinisian cukup bagus akan tetapi pada halaman-halaman selanjutnya menjadi tidak karuan.

Kelemahan yang keempat ialah kesalahan dari sisi penulisan dan pencetakan seperti kesalahan dalam penyebutan pencetakan Kamus Lisanul Arab.

Kelemahan yang kelima ialah klaim yang terlalu cepat membuat hukum, vonis dengan kalimat bahwa tidak ada satupun riwayat shohih yang menerangkan bahwa ada diantara para sahabat Nabi, ulama salaf, ulama mujtahid (Imam 4 Mahdzab seperti Imam Abu Hanifah, Imam Syafi’i, Imam Malik, Imam Ahmad) yang menyampaikan bahwa mereka adalah kelompok salafi. Dan tentu ini perlu dicek ulang dan diklarifikasi dengan melihat beberapa riwayat yang disampaikan oleh beberapa ulama.

Kelemahan yang keenam buku tersebut menyatakan bahwa Syaikh Nashiruddin Al-Albani yang pertama kali mempopulerkan istilah salafi ini. Dan tentu ini merupakan kekeliruan. Kalau dikarenakan kita sering baca buku beliau dan tidak membaca buku dari ulama lain mungkin bagi sebagian orang akan begitu.

Kelemahan yang ketujuh penulis sepertinya merasa sakit hati dengan Syaikh Nashiruddin Al-Albani (Syaikh Al-Albani) sehingga menggunakan bahasa-bahasa yang provokatif dan menghujat. Sebagai contoh dengan menyebutkan bahwa Syaikh Al-Albani “mengaduk-aduk hadits”. Syaikh Al-Albani dikatakan sebagai pendatang baru di ranah wahabi dan semisalnya.

Kelemahan yang kedelapan ketidakpahaman penulis dalam menterjemahkan bahasa Arab atau ketidakpahaman dalam memahami konteks kalimat.

Kelemahan yang kesembilan ketidakpahaman penulis dalam memahami biografi dan sejarah Syaikh Muhammad ibn Abdul Wahab sehingga yang ada adalah klaim subjektif. Sebagai contoh dengan mengatakan secara tersirat bahwa ilmu agama Syaikh Muhammad ibn Abdul Wahab cetek dan semisalnya.

Kelemahan yang kesepuluh kesalahan penulis dengan berusaha menghubung-hubungkan bahwa nabi-nabi palsu termasuk Musailamah Al-Kadzab dari Bani Tamim dan termasuk juga Syaikh Muhammad Ibn Abdul Wahab juga dari Bani Tamim sehingga saling berhubungan. Jika hal ini masuk dalam kaidah salah dan benar sebuah pemahaman tentu banyak sekali orang-orang yang bisa masuk ke dalam kaidah tersebut. Seperti sebagai contoh Abu Lahab. Abu Lahab memiliki seorang putra bernama Ikrimah dan ini jelas sangat dekat hubungannya (hubungan keturunan). Akan tetapi Abu Lahab musuh Islam sedangkan Ikrimah adalah sahabat Nabi. Apalagi jika dibandingkan antara Musailamah dengan Syaikh Muhammad Ibn Abdul Wahab tentu sangat jauh sekali. Musailamah di abad keberapa dan Syaikh Muhammad Ibn Abdul Wahab di abad keberapa. Ini benar-benar tidak nyambung.

Kelemahan yang kesebelas ialah tambahan terjemahan ketika menukil dari buku. Sebagai contoh dengan menambahkan kata-kata “pengkafiran-pengkafiran”.

Kelemahan yang keduabelas ialah kesalahan dalam harokat. Dalam bahasa Arab kesalahan dalam harokat berakibat dalam kesalahan arti.

Kelemahan yang ketigabelas ialah kesalahan dalam nukilan-nukilan sejarah yang diambilkan dari buku dan tidak dijelaskan siapa penulis buku sejarah tersebut. Apakah dia pakar sejarah atau sekedar orang yang menulis saja. Dan buku-buku sejarah yang tidak jelas memang semangat untuk menghabisi.

Kelemahan yang keempatbelas ialah kesalahan yang fatal karena tidak memberikan kriteria atau pemetaan seperti dalam pembagian istilah salafi. Penulis menyebutkan terdapat dua faksi dalam salafi, salafi haroki dan salafi yamani. Pembagian yang disampaikan oleh penulis sangat tidak jelas karena tidak ada pembatasan dalam pembagian tersebut. Sebagai contoh apakah penyebutan salafi yamani itu karena dari yaman ?. Jika demikian berarti ada istilah salafi saudi dan salafi daerah lain. Itu jika memang merujuk berdasarkan daerah atau negara.

Kelemahan yang kelimabelas ialah kesalahan dalam penukilan riwayat keturunan Kyai Haji Ahmad Dahlan. Beliau dikatakan berasal dari keluarga habaib. Di dalam buku ke-Muhammadiyah-an tidak pernah diajarkan bahwa beliau berasal dari keluarga habaib. Tentu ini adalah masalah yang janggal.

Kelemahan yang keenambelas adalah kesalahan dalam metodologi. Tidak ada metodologi yang jelas dalam membuat kriteria seseorang disebut salafi atau wahabi. Apa batasan dari wahabi ?. Definisi dari wahabi itu apa ?. Sebagai contoh orang yang tidak mau tahlilan maka disebut sebagai wahabi. Jika ini menjadi sebuah kaidah maka banyak sekali yang disebut sebagai wahabi. Muhammadiyah tidak tahlilan berarti wahabi, PERSIS tidak tahlilan berarti wahabi, Al-Irsyad tidak tahlilan berarti wahabi, Majelis Tafsir Al-Qur’an (MTA) tidak tahlilan berarti wahabi. Apakah benar demikian ?. Jika tidak maka batasan yang jelas itu apa ?
Kelemahan yang ketujuhbelas adalah kesalahan dalam istilah wahabi. Batasan saja sudah tidak jelas maka istilah wahabi juga tidak jelas.

Ustadz Ridwan Hamidi juga menjelaskan bahwa daftar nama-nama yang disebut salafi wahabi yang ada di buku merupakan daftar nama-nama yang pernah dipresentasikan oleh Badan Intelijen Negara (BIN) di depan PP Muhammadiyah dan PBNU.

Kelemahan yang kedelapanbelas adalah tidak akurat dalam pendataan. Sebagai contoh data-data alamat ormas Islam seperti Wahdah Islamiyah juga mengalami kesalahan. Dan masih banyak lagi.

Kelemahan yang kesembilanbelas adalah kesalahan dalam memahami teks dan pemahaman yang sempit dari penulis. Buku ini ingin menggambarkan bahwa salafi wahabi memiliki aqidah takfir (orang yang beda pemahaman dengan mereka maka kafir). Sebagai contoh jika ditemukan kata-kata “halal darahnya” dan semisalnya maka cepat-cepat penulis langsung menyatakan bahwa ini adalah takfir.

Kelemahan yang keduapuluh adalah kesalahan dalam informasi daftar makam yang dihancurkan oleh kaum salafi wahabi. Sebagai contoh pemakaman di Ma’la. Maksud dihancurkan itu seperti apa juga tidak jelas.

Kelemahan yang keduapuluhsatu adalah kesalahan dalam menyebutkan hadits. Takhrij hadits disebutkan lengkap walaupun penyebutan takhrij tidak standar. Hal ini membuktikan penulis tidak menguasai ilmu hadits.

Kelemahan yang keduapuluhdua adalah kesalahan dalam penafsiran hadits. Penafsiran bukan dari ulama tapi dari penulis sendiri.

Kelemahan yang keduapuluhtiga dalam membuat sebuah rujukan berpaku pada satu sumber. Sebagai contoh penulis menyebutkan bahwa terdapat fatwa-fatwa nyleneh salafi wahabi. Sumber tersebut terdapat pada satu situs. Dalam metode ilmiah maka hal ini menjadi tidak ilmiah karena harusnya nukilan diambil dari sumber aslinya.

Kelemahan yang keduapuluhempat adalah kesalahan dalam metode fatwa. Penulis tidak menyampaikan secara lengkap dalam menukil fatwa. Seperti pertanyaan dari si penanya yang menanyakan fatwa yang bersangkutan. Karena bisa jadi fatwa-fatwa yang ada diambil karena satu kasus-kasus khusus dan kasus-kasus tertentu.

Masih banyak lagi kesalahan-kesalahan yang lain dari buku tersebut. Kesimpulan dari bedah buku sebelumnya di Jakarta sepakat dari ketiga pembicara bahwa buku ini buku yang tidak layak disebarkan dan bukan termasuk buku yang ilmiah. Buku ini tidak layak dibaca dan buku ini gagal untuk mematahkan argumen-argumen dalam mengkritisi paham salafi wahabi.

http://www.belajarislam.com/sejarah-berdarah-sekte-salafi-wahabi/
http://kajian.belajarislam.com/2011/06/sejarah-berdarah-sekte-salafi-wahabi/

Sumber: http://media.kompasiana.com/buku/2011/06/29/buku-sejarah-berdarah-sekte-salafi-wahabi-tidak-layak-dibaca-dan-buku-ini-gagal-untuk-mematahkan-argumen-argumen-dalam-mengkritisi-paham-salafi-wahabi/

Kumpulan Mutiara Hikmah VII

Label:

Dari Anas ia berkata, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda : "Barangsiapa yang waktu keluar dari rumahnya membaca Bismillaahi tawakkaltu alallaahi wa laa haula wa laa quwwata illaa billaah (Dengan menyebut nama Allah saya bertawakkal kepada Allah; tiada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah)" maka dikatakan kepadanya: "Kamu telah mendapat petunjuk, kamu telah dijamin, kamu dipelihara dan dijauhkan dari setan." (HR. Abu Daud :5095, At Tirmidzi : 3426, An Nasai dan yang lain)."

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda : "Barangsiapa menolak (ghibah atas) kehormatan saudaranya, niscaya pada hari kiamat Allah akan menolak menghindarkan api Neraka dari wajahnya."
(HR. Ahmad : 6/450)


Dari Abu Hurairah, 'Abdurrahmah bin Shakr Radhiallahu 'ahnu,  ia berkata : 'Aku mendengar Rasulullah bersabda' : "Apa saja yang aku larang kamu melaksanakannya hendaklah kamu jauhi dan apa saja yang aku perintahkan maka lakukanlah menurut kemampuan kamu. Sesungguhnya kehancuran umat sebelum kamu adalah karena banyak bertanya dan menyalahi nabi-nabi mereka (tidak mau taat dan patuh)". (HR. Bukhori no. 7288 dan Muslim no. 1337)

" Dan tiadalah kehidupan di dunia ini, melainkan hanya permainan dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya? " (QS. Al An'am : 32)

Pesan Urwah kepada anak-anaknya, " Kalau kalian melihat orang berbuat kebaikan, ketahuilah bahwa kebaikan tadi mempunyai saudara-saudara padanya. Namun bila kalian melihat seseorang berbuat maksiat, ketahuilah bahwa kemaksiatan itu memiliki saudara-saudara padanya. Karena setiap kebaikan akan menghantarkan pelakunya kepada saudaranya, sebagaimana maksiat juga menghantarkan pelakunya kepada saudaranya." (Al Wafi bil Wafayat, 6/359)

"Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan." (QS. Al 'Araaf : 31)

"Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul(Nya), dan Ulil Amri diantara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya." (QS. An Nisaa' : 59)

"Berdo'alah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas" (QS. Al 'Araaf : 55)

Dari Abu Hurairah, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Hak seorang muslim atas muslim yang lain ada lima : Menjawab salam, Menjenguk orang sakit, Mengantarkan jenazah, Memenuhi undangan dan Mendo'akan orang yang bersin (dengan ucapan Yarhamukallahu)." (HR. Bukhori III/90 dan Muslim : 2162)

Al Khatib Al Baghdadi Rahimahullah berkata, "Abul Qosim Al Azhari menyebutkan dari Ahmad bin Ibrahim Ad Dauraqi, dari Marzuq bin Ahmad As Saqti, dari Muhammad bin Muhammad Al Baghandi, dari Ustman bin Abu Syaibah, dia berkata, 'Tidak lama lagi akan datang masa dimana para ahli hadits datang mengetuk pintu rumah orang dan berkata, 'Apakah kalian ingin seorang ahli hadits menyampaikan hadits kepada kalian?' Mereka akan berkata, 'Tidak'."" (Khatib Al Baghdadi, Al Jami' Li Akhlaq Ar Rawi Hal. 200)

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Tidak halal bagi seorang muslim mendiamkan saudaranya lebih dari tiga malam, keduanya saling bertemu namun yang satu berpaling dan yang lain juga berpaling. Ddan yang paling baik diantara keduanya adalah yang terlebih dahulu (mengucap) salam." (HR. Al Bukhori dan Muslim)

"Kalau saja Kami menghendaki, niscaya Kami akan berikan kepada tiap-tiap jiwa petunjuk baginya. Akan tetapi telah tetaplah 'perkataan' dari-Ku ; Sesungguhnya akan Aku penuhi neraka Jahannam itu dengan jin dan manusia bersama-sama." (QS. As Sajadah [32] : 13)

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Perumpamaan teman yang baik dan teman yang tidak baik adalah bagaikan berteman dengan orang yang menjual minyak wangi dan pandai besi. Adapun penjual minyak wangi, engkau bisa jadi diberikannya minyak wangi atau engkau membeli darinya, atau setidaknya engkau telah mencium aroma wanginya, sedangkan pandai besi bisa jadi bajumu akan terbakar atau setidaknya engkau telah mencium bau yang tidak sedap darinya." (HR. Bukhori, Fathul Baari 6/666 dan Muslim no.2628)

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman, " Katakanlah, ' Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui ? ' Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. " (QS. Az Zumar : 9)

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, " Rabb kita turun ke langit dunia ketika tersisa sepertiga akhir malam, lalu Dia berfirman : 'Siapa yang berdo'a kepada-Ku pasti Aku kabulkan, siapa yang meminta kepada-Ku pasti Aku akan berikan, dan siapa yang meminta ampun kepada-Ku pasti akan Aku ampuni.' " (HR. Bukhori dan Muslim)

Diriwayatkan dari Shafwan bin 'Assal Al Muradi, dia berkata, " Saya mendengar Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, ' Tidak seorangpun yang keluar dari rumahnya untuk menuntut ilum, kecuali para malaikat membentangkan sayap untuknya karena ridho atas apa yang dilakukannya '." (HR. Ibnu Majah no. 266 dan beliau berkata, " Para perawi sanadnya tsiqah.")

Allah 'Azza Wa Jalla berfirman yang artinya, " Amat besar kebencian di sisi Allah, Kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan. " (QS. Ash Shaaf : 3)

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, " Ketahuilah, sesungguhnya orang-orang sebelum kamu dari ahli kitabtelah berpecah belah menjadi tujuh puluh dua golongan. Dan sesungguhnya agama ini (Islam) akan terpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan, tujuh puluh dua golongan tempatnya di dalam neraka dan satu golongan di dalam Surga, yaitu Al Jama'ah. " (HR. Ahmad. Al hafidz menggolongkannya Hadits Hasan)

Dalam riwayat lain disebutkan, " Semua golongan tersebut tempatnya di dalam Neraka, kecuali satu (yaitu) yang aku dan para sahabatku meniti jalan di atasnya. "  (HR. Tirmidzi, di hasankan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami' no. 5219)

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, " Barangsiapa bernadzar untuk mentaati Allah, hendaklah ia mentaati-Nya. " (HR. Bukhori, Kitabul Aiman wan Nudzur)

Dari Anas Radhiallahu 'Anhu, dari Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam , Beliau bersabda, " Barangsiapa yang keluar untuk menuntut ilmu, ia berada dalam jalan Allah hingga ia kembali. " (HR. Tirmidzi dan Beliau menghasankan dalam Al Misykah : 200 dan Ar Riyadh : 1392)

Dari Abu Hurairah Radhiallahu 'Anhu, ia berkata, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, " Puasa yang paling utama setelah (puasa Ramadhan) adalah (puasa) di bulan Allah (bulan) Muharram, dan sholat yang paling utama setelah shalat wajib (lima waktu) adalah shalat malam . " (HR. Muslim : 1392)

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman, "Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapus (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk." (QS. Hud : 114)

Dari Abu Hurairah Radhiallahu 'Anhu, ia berkata, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Saling berwasiatlah kalian terhadap wanita. Sebab wanita itu diciptakan dari tulang rusuk. Sesungguhnya tulang rusuk yang paling bengkok adalah bagian atasnya. jika engkau berusaha meluruskannya, maka engkau akan memecahkannya dan juka engkau meninggalkanya, maka ia akan selalu bengkok. Maka, saling berwasiatlah kalian terhadap wanita." (HR. Bukhori dalam Al Anbiya : 3331, 5184, 5186)

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Sebaik-baik kalian adalah yang terbaik akhlaqnya." (HR. Bukhori no. 3559, 6029 ; Muslim no. 2321)

"Dan jika ada kebajikan, niscaya Allah akan melipatgandakan dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar." (QS. An Nisa' : 40)

Dari Irbadh bin Tsariyah radiallahu 'anhu, Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda , "Apabila kalain meminta kepada Allah, maka mintalah surga Firdaus, karena itu merupakan rahasianya surga." (Shahih Ath - Thabrani)

Diriwayatkan bahwa istri Habib Al 'Ajmy bin Muhammad terbangun pada suatu malam ketika Habib sedang tidur pulas, sehingga Habib pun terbangun karenanya. Maka istrinya berkata , "Bangunlah wahai Habib sungguh malam telah pergi dan siang akan datang, sedang di depanmu terbentang jalan yang sangat jauh sementara bekal sangat sedikit, dan rombongan orang-orang shaleh telah berlalu mendahuluimu, sementara kita masih di teta berada di tempat kita." (Shifatush Shofwah : 4/35)

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda , "Itulah sholatnya orang munafik, itulah sholatnya orang munafik, dan itulah sholatnya orang munafik. Ia duduk menunggu matahari hingga menjelang maghrib, ia segera melakukan sholat empat rakaat dengan cepat sekali, dan hanya sebentar saja ia mengingat Allah dalam shalatnya tersebut ." (HR. Bukhori dan Muslim)

Wahb bin Ward berkata melalui seruannya yang sangat menyentuh siapa saja yang mendengarnya , "Jika engkau bisa untuk tidak di dahului oleh seorangpun dalam beramal kepada Allah Ta'ala, maka lakukanlah."(Ruhbaanul Lail : 36)

"Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk bagian dari mereka." (HR. Ahmad dan Abu Daud, Syaikh Al - Albani berkata ''shahih'')

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman , "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka menyembah-Ku. Aku tidak menghendaki rizki sedikitpun dari mereka dan aku tidak menghendaki supaya mereka memberi Aku makan." (QS. Adz Dzariyat : 56-57)

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda , "Kiamat telah dekat dan tidaklah bertambah kecuali manusia bertambah rakus terhadap dunia, dan tidak bertambah melainkan mereka semakin jauh dari Allah." (HR. Al Hakim, dengan isnad yang Hasan)

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman , "Hai orang-orang yang beriman, makanlah diantara kalian rizki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah." (QS. Al Baqarah : 172)

Dari Abi Sa'id Al Khudry Radhiallahu 'Anhu, ia berkata Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Ash Shirath, jembatan di atas Neraka Jahannam itu licin dan menggelincirkan, lebih halus dari rambut, dan lebih tajam dari pedang. Manusia akan melewatinya sesuai dengan kadar amalnya. Ada yang melewatinya seperti kedipan mata, seperti angin, seperti kuda yang kencang, seperti menuggang unta, ada yang melewatinya dengan berlari, dengan berjalan, dan diantara mereka ada yang disambar sekali sambaran ke Neraka Jahannam ." (HR. Bukhori dan Muslim)

Allah 'Azza Wa Jalla berfirman : "Dan binasalah semua orang yang berlaku sewenang-wenang lagi keras kepala. Di hadapannya ada Jahannam dan dia akan diberi minum dengan air nanah. Diminumnya air nanah itu dan hampir dia tidak bisa menelannya dan datanglah (bahaya) maut kepadanya dari segenap penjuru, tetapi dia tidak juga mati, dan di hadapannya masih ada adzab yang berat." (QS. Ibrahim : 15-17)

Diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas radhiallahu 'anhu, ia berkata, 'Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda', "Kalaulah anak Adam telah memiliki dua lembah harta niscaya ia masih berambisi untuk mendapatkna yang ketiga. Padahal ketika berada di liang kubur, tidak lain yang memenuhi perutnya adalah tanah." (HR. Bukhori no. 6436)

Dari Abdullah bin Mas'ud Radhiallahu 'Anhu, ia mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Tidak beranjak kedua kaki seorang hamba pada hari Kiamat dari sisi Rabb-Nya sebelum ditanya tentang lima perkara : tentang umurnya dalam hal apa dia habiskan, tentang masa mudanya dalam hal apa ia tuntaskan, tentang hartanya darimana ia peroleh dan untuk apa ia belanjakan, dan tentang apa yang diamalkan dari ilmu (agamanya)." (HR. At Tirmidzi, dengan isnad yang hasan)

Diriwayatkan dari Aisyah (Ummul Mukminin) Radhiallahu 'Anhu bahwa ia mendengar Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Pada hari Kiamat, manusia akan di kumpulkan dalam keadaan tidak beralas kaki, telanjang dan tidak berkhitan.". Aku bertanya, 'Wahai Rasulullah, kaum wanita dan lelaki akan saling memandang satu sama lain ?'. Beliau bersabda, "Wahai Aisyah, keadaan saat itu lebih menakutkan sehingga mereka tidak akan saling memandang satu sama lain." (HR. Muslim)

"Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) al Qur'an karena hendak cepat-cepat untuk (menguasai) nya. Sesungguhnya, atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya." (QS. Al Qiyamah : 16-17)

Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Barangsiapa yang bertaubat sebelum matahari terbit dari arah barat, niscaya Allah akan menerima taubatnya." (HR. Muslim)

"Ketahuilah bahwa sesungguhnya orang yang hidup di muka bumi ini adalah tamu dan harta kekayaan yang ada di tangannya adalah pinjaman. Seorang tamu itu harus pergi dan barang pinjaman harus dikembalikan."(Nuriyyah Ibnul Qoyyim Al Jauziyyah.Wafat : 656 H)

"Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala sekali lagi, maka mati tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masig-masing)." (QS. Az Zumar : 68)

Dari Abu Hurairah , ia mendengar Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Sebaik-baik hari yang matahari terbit padanya adalah hari Jum'at, karena pada hari ini Adam diciptakan, hari ini pula Adam dimasukkkan ke dalam Surga dan dikeluarkan darinya, dan tidaklah datang hari kiamat kecuali pada hari Jum'at" (HR. Muslim)

"Sesungguhnya Allah menetapkan takdir makhluk-Nya lima puluh ribu tahun sebelum menciptakan langit dan bumi" (HR. Muslim no. 2633)

Allah 'Azza Wa Jalla berfirman, "Dan laksanakanlah sholat, tunaikanlah zakat dan taatlah kepara Rasul (Muhammad) agar kamu diberi rahmat." (QS. An Nuur : 56)

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Barangsiapa yang membangun masjid karena Allah meskipun seperti sarang burung dara, maka Allah membangunkan untuknya sebuah rumah di Surga." (HR. Ibnu Majah no. 738 dan di shahihkan oleh Syaikh Albani dalam Shahih Al Jami' no. 6128)

"Sesungguhnya mereka yang beriman dan beramal shalih, tentulah Kami tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengerjakan amalan (nya) dengan baik." (QS. Al Kahfi : 30) 

"Sebenarnya, Al Qur'an itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang dzalim." (HR. Muslim)

Dari An Nawwas bin Mis'an Al Anshari, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Kebajikan itu ialah budi pekerti yang baik. Sedangkan dosa ialah perbuatan atau tindakan yang menyesakkan dada, dan engkau sendiri benci jika perbuatanmu itu diketahui orang lain." (HR. Muslim no. 4632) 

"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal." (QS. Ali Imran : 190)

Inbul Mungkadir berkata, "Tidak ada yang tersisa dari kelezatan dunia kecuali tiga hal : Qiyamul Lail, bertemu dengan saudara seiman dan shalat berjama'ah di masjid." (Al Ihyaa' : 1/423)

"Sesungguhnya telah Kami buatkan bagi manusia dalam Al Qur'an ini setiap macam perumpamaan supaya mereka dapat pelajaran." (QS. Az Zumar : 27)

Dari Abu Hurairah, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Diantara kebaikan islam seseorang adalah meninggalkan apa yang tidak penting baginya." (HR. Tirmidzi : 2317, Ibnu Majah : 3976 dan lihat Shahih Al Jami' : 5911) 

"Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan Kami adakan bagimu di muka bumi itu (sumber) penghidupan. Amat sedikitlah kamu bersyukur." (QS. Al A'raaf : 10)

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Malu itu sebagian dari iman." (HR. Bukhori : 24 dan Muslim : 36) 

"Dia-lah yang menghidupkan dan mematikan, maka apabila Dia menetapkan sesuatu urusan, Dia hanya berkata kepadanya: "Jadilah", maka jadilah ia." (QS. Ghafir : 68)

Dari Abu Hurairah , ia mendengar Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Api kalian yang dinyalakan anak Adam adalah sepertujuh puluh dari panas api Jahannam" Para sahabat berkata, 'Demi Allah, bila sepanas ini saja sudah cukup wahai Rasulullah.' Beliau bersabda, "Sesungguhnya panas api tersebut masih tersisa sebanyak enam puluh sembilan bagian, panas masing-masing sama dengan api ini." (HR. Muslim : 5077)

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, "Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka akan mendapat surga-surga yang penuh dengan kenikmatan, mereka kekal di dalamnya, sebagai janji Allah yang benar, dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS. Luqman : 8-9)

"Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh butir, pada tiap-tiap butir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui." (QS. Al Baqarah : 261)

Diriwayatkan dar Abu Hurairah , ia berkata :'Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda' : "Allah melaknat penyuap dan penerima suap dalam (urusan) hukum." (HR. Ahmad : 2/287, Shahih Al Jami' : 5069)

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Dihalalkan atas kamu wanita dari umatku sutera dan emas, (tetapi keduanya) diharamkan atas kaum lelaki mereka." (HR. Abu Daud : 4/353, Shahih Al Jami' : 2770)

"Yang menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Tidak akan kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pengasih. Maka lihatlah sekali lagi, adakah kamu lihat sesuatu yang cacat ?." (QS. Al Mulk : 3)

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Perempuan manapun yang menggunakan parfum, kemudian melewati suatu kaum agar mereka mencium wanginya, maka dia adalah seorang peniza." (HR. Ahmad : 4/418, Shahih Al Jami' : 105)

"Wahai manusia ! Kamulah yang memerlukan Allah dan Allah Dialah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) Maha Terpuji." (QS. Fatir : 15)

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Tidakkah takut orang yang mengangkat kepalanya sebelum imam, bahwa Allah akan mengubah kepalanya menjadi kepala keledai." (HR. Muslim : 1/320-321)

Dari Abdullah Ibnu Umar Radhialllahu 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Barangsiapa yang mengambil tanah (orang lain) meski sedikit dengan tanpa hak niscaya dia akan ditenggelamkan pada hari Kiamat sampai ke (dasar) tujuh lapis bumi." (HR. Bukhori : 5/103) 

"Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina, yang banyak mencela, yang kian ke mari menghambur fitnah." (QS. Al Qolam : 10-11)

Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam : “Mahasuci Allah, betapa kerasnya apa yang diturunkan Allah dalam urusan utang-piutang, demi Dzat yang jiwaku ada di tanganNya, seandainya seorang laki-laki dibunuh di jalan Allah kemudian ia dihidupkan lalu dibunuh (lagi) kemudian di hidupkan, lalu dibunuh (lagi) sedang ia memiliki hutang, sungguh ia tak akan masuk surga sehingga dibayarkan untuknya hutang tersebut” (HR An Nasai, Al Mujtaba,7/413, Shahihul Jami’ :3594)

"Barang siapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah-lah kemuliaan itu semuanya. Kepada-Nya lah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang saleh dinaikkan-Nya. Dan orang-orang yang merencanakan kejahatan bagi mereka azab yang keras, dan rencana jahat mereka akan hancur.” (QS. Faathir : 10)


Empat Kaidah Utama Dalam Memahami Tauhid

Label:

Aku memohon kepada Allah Al Karim Rabb pemilik Arsy yang agung semoga Dia melindungimu di dunia dan di akhirat. Aku juga memohon kepada-Nya supaya menjadikan dirimu diberkahi di manapun kamu berada. Aku juga memohon kepada-Nya supaya menjadikan dirimu termasuk di antara orang-orang yang bersyukur apabila diberi kenikmatan, bersabar ketika tertimpa cobaan, dan meminta ampunan tatkala terjerumus dalam perbuatan dosa, karena ketiga hal itulah tonggak kebahagiaan.

Ketahuilah, semoga Allah membimbingmu untuk taat kepada-Nya, Al Hanifiyah yaitu agama yang diajarkan oleh Ibrahim ialah beribadah kepada Allah semata dengan mengikhlaskan agama (amal) untuk-Nya. Itulah perintah yang Allah berikan kepada segenap umat manusia dan hikmah penciptaan mereka.

Sebagaimana dinyatakan oleh firman Allah ta’ala (yang artinya), “Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz Dzariyat [51]: 56). Apabila kamu telah menyadari bahwa kamu diciptakan untuk beribadah kepada-Nya, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya suatu ibadah tidaklah dianggap bernilai ibadah kecuali apabila disertai dengan tauhid.

Sebagaimana halnya shalat yang tidak bisa disebut shalat apabila tidak disertai dengan thaharah (keadaan suci pada diri pelakunya, pen). Maka apabila syirik menyusupi suatu ibadah, niscaya ibadah itu menjadi rusak. Sebagaimana apabila ada hadats yang muncul pada diri orang yang sudah bersuci.

Apabila kamu sudah mengerti ternyata syirik itu apabila menyusupi ibadah akan menghancurkan ibadah tersebut dan menghapuskan amal, bahkan orang yang melakukannya menjadi tergolong penghuni kekal neraka, maka kini kamu pun telah mengerti bahwa perkara terpenting bagimu adalah memahami seluk beluknya. Mudah-mudahan Allah menyelamatkan dirimu dari jebakan perangkap ini; yaitu kesyirikan terhadap Allah. Allah ta’ala berfirman tentang syirik ini (yang artinya), “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia akan mengampuni dosa di bawah tingkatan syirik yaitu bagi orang-orang yang dikehendaki-Nya.” (QS. An Nisaa’ [4]: 48). Dan hal itu akan mudah kamu mengerti dengan mempelajari empat buah kaidah yang disebutkan oleh Allah ta’ala di dalam kitab-Nya:

Kaidah Pertama
Hendaknya kamu mengerti bahwa orang-orang kafir yang diperangi oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengakui Allah ta’ala sebagai pencipta dan pengatur segala urusan. Sedangkan pengakuan mereka ini tidaklah membuat mereka tergolong orang Islam. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala (yang artinya), “Katakanlah, Siapakah yang memberikan rezeki kepada kalian dari langit dan bumi. Atau siapakah yang kuasa menciptakan pendengaran dan penglihatan. Dan siapakah yang mampu mengeluarkan yang hidup dari yang mati serta mengeluarkan yang mati dari yang hidup. Dan siapakah yang mengatur segala urusan, maka pasti mereka akan menjawab, ‘Allah’. Maka katakanlah, ‘Lantas mengapa kalian tidak mau bertakwa?’.” (QS. Yunus [10]: 31)

Kaidah Kedua
Orang-orang musyrik tersebut mengatakan, “Kami tidaklah berdoa kepada mereka (sesembahan selain Allah, pen) dan bertawajjuh (menggantungkan harapan) kepada mereka melainkan hanya dalam rangka mencari kedekatan diri (di sisi Allah, pen) dan untuk mendapatkan syafa’at.”

Dalil yang menunjukkan bahwa mereka bertujuan mencari kedekatan diri adalah firman Allah ta’ala (yang artinya), “Dan orang-orang yang mengangkat selain-Nya sebagai penolong (sesembahan, pen) beralasan, ‘Kami tidaklah beribadah kepada mereka kecuali karena bermaksud agar mereka bisa mendekatkan diri kami kepada Allah sedekat-dekatnya.’ Sesungguhnya Allah pasti akan memberikan keputusan di antara mereka terhadap perkara yang mereka perselisihkan itu. Sesungguhnya Allah tidak akan memberikan petunjuk kepada orang yang gemar berdusta dan suka berbuat kekafiran.” (QS. Az Zumar [39]: 3)

Adapun dalil yang menunjukkan bahwa mereka juga mengharapkan syafaat dengan kesyirikan yang mereka perbuat adalah firman Allah ta’ala (yang artinya), “Dan mereka beribadah kepada selain Allah; sesuatu yang sama sekali tidak mendatangkan bahaya untuk mereka dan tidak pula menguasai manfaat bagi mereka. Orang-orang itu beralasan, ‘Mereka adalah para pemberi syafa’at bagi kami di sisi Allah kelak.’.” (QS. Yunus [10]: 18)

Syafa’at ada dua macam:

Syafa’at yang ditolak dan syafa’at yang ditetapkan.
  • Syafa’at yang ditolak adalah syafa’at yang diminta kepada selain Allah dalam urusan yang hanya dikuasai oleh Allah. Dalil tentang hal ini adalah firman Allah ta’ala (yang artinya), “Wahai orang-orang yang beriman, belanjakanlah sebagian rezeki yang Kami berikan kepada kalian sebelum tiba suatu hari yang pada saat itu tidak ada lagi jual beli, persahabatan, dan syafa’at. Sedangkan orang-orang kafir, mereka itulah orang-orang yang zalim.” (QS. Al Baqarah [2]: 254)
  • Syafa’at yang ditetapkan adalah syafa’at yang diminta kepada Allah. Orang yang diperkenankan memberikan syafa’at berarti mendapatkan pemuliaan dari Allah dengan syafa’at tersebut. Adapun orang yang akan diberi syafa’at adalah orang yang ucapan dan perbuatannya diridhai Allah, dan hal itu akan terjadi setelah mendapatkan izin (dari Allah, pen). Hal ini sebagaimana difirmankan Allah ta’ala (yang artinya), “Lalu siapakah yang bisa memberikan syafa’at di sisi-Nya kecuali dengan izin-Nya?”. (QS. Al Baqarah [2]: 255)

    Kaidah Ketiga
    Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam muncul di tengah-tengah masyarakat yang memiliki peribadatan yang beraneka ragam. Di antara mereka ada yang beribadah kepada malaikat. Ada pula yang beribadah kepada para nabi dan orang-orang saleh. Ada juga di antara mereka yang beribadah kepada pohon dan batu. Dan ada pula yang beribadah kepada matahari dan bulan. Mereka semua sama-sama diperangi oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tanpa sedikitpun membeda-bedakan di antara mereka. Dalil tentang hal ini adalah firman Allah ta’ala (yang artinya), “Dan perangilah mereka semua hingga tidak ada lagi fitnah (syirik) dan agama (amal) semuanya hanya diperuntukkan kepada Allah.” (QS. Al Anfaal [8]: 39)

    Dalil yang menunjukkan adanya peribadatan kepada matahari dan bulan adalah firman-Nya (yang artinya), “Di antara tanda-tanda kebesaran-Nya adalah malam dan siang, matahari dan bulan, maka janganlah kamu sujud kepada matahari ataupun bulan. Akan tetapi sujudlah kamu kepada Allah yang menciptakan itu semua, jika kamu benar-benar beribadah hanya kepada-Nya.” (QS. Fushshilat [41]: 37)

    Dalil yang menunjukkan adanya peribadatan kepada para malaikat adalah firman Allah ta’ala (yang artinya), “Dan Allah tidak menyuruh kamu untuk mengangkat para malaikat dan nabi-nabi sebagai sesembahan.” (QS. Al ‘Imran [3]: 80)

    Dalil yang menunjukkan adanya peribadatan kepada para nabi adalah firman-Nya yang artinya, “Ingatlah ketika Allah berfirman, ‘Wahai Isa putera Maryam, apakah kamu mengatakan kepada manusia: Jadikanlah aku dan ibuku sebagai dua sosok sesembahan selain Allah’? Maka Isa berkata, ‘Maha Suci Engkau ya Allah, tidak pantas bagiku untuk berucap sesuatu yang bukan menjadi hakku. Apabila aku mengucapkannya tentunya Engkau pasti mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada dalam diriku, dan aku sama sekali tidak mengetahui apa yang ada di dalam diri-Mu. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui hal-hal yang gaib.’.” (QS. Al Maa’idah [5]: 116)

    Dalil yang menunjukkan adanya peribadatan kepada orang-orang salih adalah firman-Nya Yang Maha Tinggi (yang artinya), “Sosok-sosok yang mereka seru justru mencari wasilah kepada Rabb mereka; siapakah di antara mereka yang lebih dekat, dan mereka juga sangat mengharapkan curahan rahmat-Nya dan merasa takut dari azab-Nya.” (QS. Al Israa’ [17]: 57)

    Dalil yang menunjukkan adanya peribadatan kepada pohon dan batu adalah firman-Nya Yang Maha Tinggi (yang artinya), “Kabarkanlah kepada-Ku tentang Latta, ‘Uzza, dan juga Manat yaitu sesembahan lain yang ketiga.” (QS. An Najm [53]: 19-20).

    Demikian juga ditunjukkan oleh hadits Abu Waqid Al Laitsi radhiyallahu’anhu. Beliau menuturkan, “Ketika kami berangkat bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menuju Hunain. Ketika itu kami masih dalam keadaan baru keluar dari agama kekafiran. Orang-orang musyrik ketika itu memiliki sebatang pohon yang mereka jadikan sebagai tempat i’tikaf dan tempat khusus untuk menggantungkan senjata-senjata mereka. Pohon itu disebut Dzatu Anwath. Ketika itu, kami melewati pohon tersebut. Lalu kami berkata, ‘Wahai Rasulullah, buatkanlah untuk kami sebatang Dzatu Anwath seperti Dzatu Anwath yang mereka miliki.’.” (HR. Tirmidzi [2181], Ahmad dalam Musnadnya [5/218]. Tirmidzi mengatakan: hadits hasan sahih)

    Kaidah Keempat
    Orang-orang musyrik pada masa kita justru lebih parah kesyirikannya daripada orang-orang musyrik zaman dahulu. Sebab orang-orang terdahulu hanya berbuat syirik di kala lapang dan beribadah (berdoa) dengan ikhlas di kala sempit. Adapun orang-orang musyrik di masa kita melakukan syirik secara terus menerus, baik ketika lapang ataupun ketika terjepit. Dalil yang menunjukkan hal ini adalah firman Allah ta’ala (yang artinya), “Apabila mereka sudah naik di atas kapal (dan diterpa ombak yang hebat, pen) maka mereka pun menyeru (berdoa) kepada Allah dengan penuh ikhlas mempersembahkan amalnya. Namun setelah Allah selamatkan mereka ke daratan, tiba-tiba mereka kembali berbuat kesyirikan.” (QS. Al ‘Ankabuut [29]: 65)

    Selesai, semoga shalawat dan doa keselamatan senantiasa tercurah kepada Muhammad, segenap pengikutnya, dan terutama para sahabatnya.

    ***
    Penulis: Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab At Tamimi
    Penerjemah: Abu Mushlih Ari Wahyudi
    Artikel www.muslim.or.id


    Artikel terkait:

    Kunci Meraih Ampunan

    Label: ,

    Ampunan Allah, sesuatu yang amat diharapkan. Tak seorangpun melainkan mengharapkannya. Entah dia seorang ahli ilmu, ahli ibadah, apalagi ahli maksiat. 

    Terlebih lagi bagi orang-orang yang berusaha untuk menempuh jalan kembali kepada Allah dengan taubat. Banyak rintangan dan hambatan yang harus ditemui. Sehingga hal itu menyebabkan seorang hamba harus waspada, karena tatkala dia telah merasa taubatnya diterima, kemudian -pada akhirnya- perasaan itu justru menyeret dirinya terjerumus ke dalam lembah dosa yang lainnya, wal ‘iyadzu billah!

    Ketahuilah saudaraku, bahwa tauhid yang bersih merupakan kunci untuk meraih ampunan. Namun, hal ini tidaklah sesederhana dan semudah yang dibayangkan oleh kebanyakan orang.

    Meninggal di atas tauhid yang bersih merupakan syarat mendapatkan ampunan dosa. Dalam hal ini terdapat perincian sebagai berikut:

    [1] Orang yang meninggal dalam keadaan melakukan syirik besar atau tidak bertaubat darinya maka dia pasti masuk neraka.

    [2] Orang yang meninggal dalam keadaan bersih dari syirik besar namun masih terkotori dengan syirik kecil sementara kebaikan-kebaikannya ternyata lebih berat daripada timbangan keburukannya maka dia pasti masuk surga.

    [3] Orang yang meninggal dalam keadaan bersih dari syirik besar namun masih memiliki syirik kecil sedangkan keburukan/dosanya justru lebih berat dalam timbangan maka orang itu berhak masuk neraka namun tidak kekal di sana (lihat al-Jadid fi Syarh Kitab at-Tauhid, hal. 44)

    Dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Allah ta’ala berfirman, “Wahai anak Adam! Seandainya kamu datang kepada-Ku dengan membawa dosa hampir sepenuh isi bumi lalu kamu menemui-Ku dalam keadaan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu apapun, niscaya Aku pun akan mendatangimu dengan ampunan sebesar itu pula.” (HR. Tirmidzi, dan dia menghasankannya)

    Hadits yang agung ini menunjukkan bahwa tauhid merupakan syarat untuk bisa meraih ampunan Allah ta’ala. Syaikh Abdurrahman bin Hasan rahimahullah berkata mengomentari hal ini, “Ini adalah syarat yang berat untuk bisa mendapatkan janji itu yaitu curahan ampunan. Syaratnya adalah harus bersih dari kesyirikan, banyak maupun sedikit. Sementara tidak ada yang bisa selamat/bersih darinya kecuali orang yang diselamatkan oleh Allah ta’ala. Itulah hati yang selamat sebagaimana yang difirmankan oleh Allah ta’ala (yang artinya), “Pada hari ketika tidak lagi bermanfaat harta dan keturunan kecuali bagi orang yang menghadap Allah dengan hati yang selamat.” (QS. asy-Syu’ara: 88-89).” (Fath al-Majid bi Syarh Kitab at-Tauhid, hal. 53-54)

    Namun -sebagaimana sudah disinggung di atas- keutamaan ini hanya akan bisa diperoleh bagi orang yang bersih tauhidnya. Imam Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan,  
    “…Seandainya ada seorang yang bertauhid dan sama sekali tidak mempersekutukan Allah dengan sesuatupun berjumpa dengan Allah dengan membawa dosa hampir seisi bumi, maka Allah pun akan menemuinya dengan ampunan sepenuh itu pula. Namun hal itu tidak akan bisa diperoleh bagi orang yang cacat tauhidnya. Karena sesungguhnya tauhid yang murni yaitu yang tidak tercemari oleh kesyirikan apapun maka ia tidak akan menyisakan lagi dosa. Karena ketauhidan semacam itu telah memadukan antara kecintaan kepada Allah, pemuliaan dan pengagungan kepada-Nya serta rasa takut dan harap kepada-Nya semata, yang hal itu menyebabkan tercucinya dosa-dosa, meskipun dosanya hampir memenuhi isi bumi. Najis yang datang sekedar menodai, sedangkan faktor yang menolaknya sangat kuat.” (Dinukil dari Fath al-Majid bi Syarh Kitab at-Tauhid, hal. 54-55)

    Hadits di atas juga mengandung keterangan bahwa kandungan makna la ilaha illallah yang bisa lebih berat timbangannya daripada semua makhluk dan semua dosa. Kandungan maknanya yaitu wajib meninggalkan syirik dalam jumlah banyak maupun sedikit. Hal itu pasti membuahkan ketauhidan yang sempurna. Tidak mungkin bisa bersih dari syirik kecuali bagi orang yang benar-benar merealisasikan tauhidnya serta mewujudkan konsekuensi dari kalimat ikhlas (syahadat) yang berupa ilmu, keyakinan, kejujuran, keikhlasan, rasa cinta, menerima, tunduk patuh dan lain sebagainya yang menjadi konsekuensi kalimat yang agung itu (lihat Qurrat al-’Uyun al-Muwahhidin, hal. 22).

    Syaikh Abdul Aziz bin Bazz rahimahullah berkata, “Barangsiapa yang mengucapkannya -la ilaha illallah- dengan penuh keikhlasan dan kejujuran maka dia tidak akan terus-menerus berkubang dalam kemaksiatan-kemaksiatan. Karena keimanan dan keikhlasannya yang sempurna menghalangi dirinya dari terus-menerus berkubang dalam maksiat. Oleh sebab itu dia akan bisa masuk surga sejak awal bersama dengan rombongan orang-orang yang langsung masuk surga.” (Syarh Kitab at-Tauhid, hal. 21)

    Hadits di atas juga menunjukkan bahwa tauhid tidak cukup di lisan. Namun tauhid juga menuntut seorang hamba untuk menunaikan kewajiban serta meninggalkan kemaksiatan. Syaikh Abdul Aziz bin Bazz rahimahullah menerangkan bahwa barangsiapa yang mempersaksikannya -kalimat tauhid- namun dia mencemarinya dengan perbuatan dosa dan kemaksiatan, atau dia sekedar mengucapkannya dengan lisan sementara hati atau amalannya berbuat syirik seperti halnya orang-orang munafik maka orang semacam ini ucapan syahadatnya tidak bermanfaat. Akan tetapi yang semestinya dia lakukan adalah mengucapkannya kemudian meyakininya dengan kuat, melaksanakan perintah-perintah dan meninggalkan larangan-larangan serta mengikuti tuntunan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (lihat Syarh Kitab at-Tauhid, hal. 20).

    Syaikh Abdul Aziz bin Bazz rahimahullah juga berkata, “Barangsiapa yang meninggalkan kewajiban atau melakukan perkara yang dilarang maka itu berarti dia telah berani menawarkan dirinya untuk menerima hukuman Allah ta’ala meskipun dia mengucapkan kalimat ini dan meyakininya. Apabila dia melakukan sesuatu yang membatalkan keislamannya maka berubahlah dia menjadi orang yang murtad dan kafir. Syahadat ini tidak lagi bermanfaat untuknya. Oleh sebab itu kalimat ini harus diwujudkan dalam kenyataan dan mengamalkan konsekuensi-konsekuensinya, kalau tidak demikian maka dia berada dalam bahaya besar seandainya dia tidak kunjung bertaubat.” (Syarh Kitab at-Tauhid, hal. 26).

    Hadits di atas juga mengandung motivasi (targhib) dan peringatan (tarhib). Ini merupakan motivasi agar orang mau berjuang keras membersihkan tauhidnya dari kotoran syirik dan kemaksiatan, karena Allah menjanjikan ampunan yang demikian besar bagi orang yang murni tauhidnya. Dan ini sekaligus menjadi peringatan bagi orang-orang yang selama ini tenggelam dalam dosa dan kemaksiatan agar waspada dan takut kalau-kalau ternyata di akhir hidupnya mereka tidak tergolong orang yang bersih tauhidnya.

    Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Seandainya Allah mau menyiksa manusia -di dunia- sebagai hukuman atas dosa yang mereka perbuat niscaya tidak akan Allah sisakan di atas muka bumi ini seekor binatang melatapun. Akan tetapi Allah menunda hukuman itu untuk mereka hingga waktu yang telah ditentukan. Maka apabila telah datang saatnya sesungguhnya Allah Maha melihat semua hamba-Nya.” (QS. Fathir: 45). 

    Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Artinya adalah seandainya Allah menyiksa mereka sebagai hukuman atas semua dosa yang mereka perbuat niscaya Allah akan menghancurkan semua penduduk bumi dan segala binatang dan rezeki yang mereka miliki.” (Tafsir al-Qur’an al-’Azhim [6/362])

    Syaikh Abdul Aziz bin Bazz rahimahullah mengatakan, “Hadits-hadits yang ada menunjukkan bahwasanya para pelaku maksiat itu sangat berresiko dijatuhi ancaman siksa dan mereka akan masuk ke neraka lalu mereka akan dikeluarkan darinya dengan syafa’at para nabi dan yang lainnya. Hal itu dikarenakan mereka telah melemahkan tauhid mereka dan mencemarinya dengan kemaksiatan-kemaksiatan.” (Syarh Kitab at-Tauhid, hal. 21).

    Syaikh as-Sa’di rahimahullah berkata, “Sesungguhnya merealisasikan tauhid itu adalah dengan membersihkan dan memurnikannya dari kotoran syirik besar maupun kecil serta kebid’ahan yang berupa ucapan yang mencerminkan keyakinan maupun yang berupa perbuatan/amalan dan mensucikan diri dari kemaksiatan. Hal itu akan tercapai dengan cara menyempurnakan keikhlasan kepada Allah dalam hal ucapan, perbuatan, maupun keinginan, kemudian membersihkan diri dari syirik akbar -yang menghilangkan pokok tauhid- serta membersihkan diri dari syirik kecil yang mencabut kesempurnaannya serta menyelamatkan diri dari bid’ah-bid’ah.” (al-Qaul as-Sadid fi Maqashid at-Tauhid, hal. 20)

    Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah menjelaskan bahwa merealisasikan la ilaha illallah adalah sesuatu  yang sangat sulit. Oleh sebab itu sebagian salaf berkata: ‘Setiap maksiat merupakan bentuk lain dari kesyirikan’

    Sebagian salaf juga mengatakan: ‘Tidaklah aku berjuang menundukkan jiwaku untuk menggapai sesuatu yang lebih berat daripada ikhlas’

    Dan tidak ada yang bisa memahami hal ini selain seorang mukmin. Adapun selain mukmin, maka dia tidak akan berjuang menundukkan jiwanya demi menggapai keikhlasan.

    Oleh sebab itu, pernah ditanyakan kepada Ibnu Abbas, ‘Orang-orang Yahudi mengatakan: Kami tidak pernah diserang waswas dalam sholat’. Maka beliau menjawab: ‘Apa yang perlu dilakukan oleh setan terhadap hati yang sudah hancur?’ Setan tidak akan repot-repot meruntuhkan hati yang sudah hancur. Akan tetapi ia akan berjuang untuk meruntuhkan hati yang makmur -dengan iman-.

    Oleh sebab itu, tatkala ada yang mengadu kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa terkadang seseorang -diantara para sahabat- mendapati di dalam hatinya sesuatu yang terasa berat dan tidak sanggup untuk diucapkan -karena buruknya hal itu, pent-. Maka beliau berkata, ‘Benarkah kalian merasakan hal itu?’. Mereka menjawab, ‘Benar’. Beliau pun bersabda, ‘Itulah kejelasan iman’ (HR. Muslim). 

    Artinya hal itu merupakan bukti yang sangat jelas yang menunjukkan keimanan kalian, karena perasaan itu muncul dalam dirinya sementara hal itu tidak akan muncul kecuali pada hati yang lurus dan bersih (lihat al-Qaul al-Mufid ‘ala Kitab at-Tauhid [1/38])

    Keikhlasan -yang hal ini merupakan intisari dari ajaran tauhid- merupakan sesuatu yang membutuhkan perjuangan dan kesungguh-sungguhan dalam menundukkan hawa nafsu. Sahl bin Abdullah berkata, “Tidak ada sesuatu yang lebih sulit bagi jiwa manusia selain daripada ikhlas. Karena di dalamnya sama sekali tidak terdapat jatah untuk memuaskan hawa nafsunya.” (Jami’ al-’Ulum wa al-Hikam, hal. 26).

    Dan sesungguhnya ikhlas tidak akan berkumpul dengan kecintaan kepada pujian dan sifat rakus terhadap apa yang dimiliki oleh orang lain. Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Tidak akan bersatu antara ikhlas di dalam hati dengan kecintaan terhadap pujian dan sanjungan serta ketamakan terhadap apa yang dimiliki oleh manusia, kecuali sebagaimana bersatunya air dengan api atau dhobb/sejenis biawak dengan ikan -musuhnya-.” (al-Fawa’id, hal. 143).

    Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Binasalah hamba Dinar! Celakalah hamba Dirham! Celakalah hamba khamisah (sejenis kain)! Celakalah hamba khamilah (sejenis model pakaian)! Apabila diberi dia merasa senang, dan apabila tidak diberi maka dia murka. Celaka dan merugilah dia!” (HR. Bukhari).

    Hadits yang agung ini menunjukkan bahwa sebagian manusia ada yang cita-cita hidupnya hanya untuk mendapatkan dunia dan perkara itulah yang paling dikejar olehnya. Itulah tujuan pertama dan terakhir yang dicarinya. Maka kalau ada orang semacam ini niscaya akhir perjalanan hidupnya adalah kebinasaan dan kerugian (lihat al-Jadid fi Syarh Kitab at-Tauhid, hal. 331).

    Itulah sosok pengejar dunia, yang rasa senang dan bencinya dikendalikan oleh hawa nafsunya (lihat al-Mulakhash fi Syarh Kitab at-Tauhid, hal. 241). 

    Maka barangsiapa yang menjadikan dunia sebagai puncak urusan dan akhir cita-citanya pada hakekatnya dia telah mengangkatnya sebagai sesembahan tandingan bagi Allah ta’ala (lihat al-Jadid fi Syarh Kitab at-Tauhid, hal. 332)

    Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Bagaimanakah pendapatmu mengenai orang yang telah menjadikan hawa nafsunya sebagai sesembahan?” (QS. al-Furqan: 43).

    Syaikh Zaid bin Hadi al-Madkhali hafizhahullah memberikan keterangan bahwa sesungguhnya tidak ada seorang pun yang meninggalkan ibadah kepada Allah melainkan dia condong menujukan ibadahnya kepada selain Allah. Memang, bisa jadi dia tidak tampak memuja/menyembah patung atau berhala. Atau juga tidak tampak dia menyembah matahari dan bulan. Akan tetapi, sebenarnya dia telah menyembah hawa nafsu yang telah menjajah hatinya dan memalingkan dirinya sehingga tidak mau tunduk beribadah kepada Allah (lihat Thariq al-Wushul ila Idhah ats-Tsalatsah al-Ushul, hal. 147)

    Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Pokok munculnya kesyirikan kepada Allah adalah kesyirikan dalam hal cinta. Sebagaimana yang difirmankan oleh Allah ta’ala (yang artinya), ‘Sebagian manusia ada yang menjadikan selain Allah sebagai sekutu. Mereka mencintainya sebagaimana kecintaan mereka kepada Allah. Adapun orang-orang yang beriman lebih dalam cintanya kepada Allah.’ (QS. al-Baqarah: 165)…” (ad-Daa’ wa ad-Dawaa’, hal. 212). 

    Orang yang mencintai selain Allah -apa pun bentuknya- sebagaimana kecintaannya kepada Allah, atau orang yang lebih mendahulukan ketaatan kepada selain Allah daripada ketaatan kepada Allah maka sesungguhnya orang tersebut telah terjerumus dalam syirik besar yang tidak akan diampuni oleh Allah jika pelakunya tidak bertaubat darinya (lihat al-Qaul as-Sadid, hal. 96, lihat juga al-Jadid, hal. 278)

    Bahkan, karena terlalu berlebihan kecintaannya kepada dunia maka sebagian orang tega menjadikan amal akherat sebagai alat untuk menggapai ambisi-ambisi dunia semata! Secara fisik mereka tampak mengejar pahala akherat, namun hatinya dipenuhi dengan kecintaan kepada kesenangan dunia yang hanya sesaat. Subhanallah… Allah ta’ala berfirman (yang artinya),“Barangsiapa yang menginginkan kehidupan dunia dan perhiasannya, maka akan Kami sempurnakan untuk mereka balasan atas amal-amal mereka di dalamnya sedangkan mereka tidak dirugikan. Mereka itulah orang-orang yang tidak akan mendapatkan balasan apa-apa di akherat selain neraka dan akan hapuslah semua amal yang mereka kerjakan dan sia-sialah apa yang dahulu mereka kerjakan.” (QS. Huud: 15-16).

    Ayat yang mulia ini menunjukkan bahwa beramal soleh semata-mata untuk menggapai kesenangan dunia -tanpa ada keinginan untuk memperoleh balasan akherat atau balasan yang dijanjikan Allah- termasuk kategori kesyirikan, bertentangan dengan kesempurnaan tauhid, bahkan menyebabkan terhapusnya pahala amalan (lihat al-Mulakhash fi Syarh Kitab at-Tauhid, hal. 238)

    Nas’alullahat taufiq was salamah
    _______________________________________

    Inilah Jaminan Bagi Ahli Tauhid

    Label:

    Tidak diragukan lagi bahwa tauhid memiliki kedudukan yang sangat agung dalam Islam. Oleh karena itu, bagi siapa yang mampu merealisasikan tauhid dengan benar akan mendapat beberapa  keistimewaan. Sungguh, keberuntungan  yang besar bagi orang-orang yang termasuk ahli tauhid. Allah ‘Azza wa Jalla menjanjikan banyak sekali kebahagiaan, baik di dunia, lebih-lebih di akhirat. Itu semua hanya khusus diberikan bagi ahli tauhid. Semoga Allah menggolongkan kita termasuk ahli tauhid.

    Ahli Tauhid Mendapat Keamanan dan Petunjuk

    Seseorang yang bertauhid dengan benar akan mendapatkan rasa aman dan petunjuk. Allah Ta’ala menegaskan dalam firman-Nya,

    الَّذِينَ ءَامَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُوْلَئِكَ لَهُمُ اْلأَمْنُ وَهُم مُّهْتَدُونَ {82}
    Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al An’am:82)

    Kezaliman meliputi tiga perkara :
    • Kezaliman terhadap hak Allah yaitu dengan berbuat syirik
    • Kezaliman seseorang terhadap dirinya sendiri yaitu dengan berbuat maksiat
    • Kezaliman seseorang terhadap orang lain yaitu dengan menganiaya orang lain
    Kezaliman adalah menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya. Kesyirikan disebut kezaliman karena menujukan ibadah kepada yang tidak berhak menerimanya. Ini merupakan kezaliman yang paling zalim. Hal ini karena pelaku syirik menujukan ibadah kepada yang tidak berhak menerimanya, mereka menyamakan Al Khaaliq (Sang Pencipta) dengan makhluk, menyamakan yang lemah dengan Yang Maha Perkasa. Manakah kezaliman yang lebih parah dari ini?[1]

    Yang dimaksud dengan kezaliman dalam ayat di atas adalah  adalah syirik, sebagaimana dijelaskan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salaam ketika menafsirkan ayat ini. Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu mengatakan, “Ketika ayat ini turun, terasa beratlah di hati para sahabat, mereka mengatakan siapakah di antara kita yang tidak pernah menzalimi dirinya sendiri (berbuat maksiat), maka Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salaam bersabda, “Tidak demikian, akan tetapi yang dimaksud (dengan kezaliman pada ayat tersebut) adalah kesyirikan. Tidakkah kalian pernah mendengar ucapan Lukman kepada anaknya, “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar” (QS Lukman: 13)”[2.] [3]

    Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan keimanan mereka dengan kezaliman (kesyirikan), merekalah ahli tauhid. Mereka akan mendapatkan rasa aman di dunia dan akhirat seta mendapatkan petunjuk baik di dunia maupun di akhirat. Mereka akan mendapatkan keamanan di dunia berupa ketenangan hati, dan juga keamanan di akhirat dari hal-hal yang ditakuti yang akan terjadi di hari akhir. Petunjuk yang mereka dapatkan di dunia berupa ilmu yang bermanfaat dan amal shalih, sedangkan petunjuk di akhirat berupa petunjuk menuju jalan yang lurus. Tentunya kadar keamanan dan petunjuk yang mereka dapatkan sesuai dengan kadar tauhidnya. Semakin sempurna tauhid seseorang, semakin besar keamanan dan petunjuk yang akan diperoleh.

    Ahli Tauhid Pasti Masuk Surga

    Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salaam bersabda,
    من شهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأن محمداً عبده ورسوله، وأن عيسى عبد الله ورسوله وكلمته ألقاها إلى مريم وروح منه، والجنة حق، والنار حق أدخله الله الجنة على ما كان من العمل
    Barangsiapa yang bersyahadat (bersaksi)  bahwa tidak ada ilah (sesembahan) yang berhak disembah selain Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan rasul-Nya, dan ‘Isa adalah hamba dan rasul-Nya, dan kalimat yang disampaikan-Nya kepada Maryam serta ruh dari-Nya, dan bersaksi bahwa surga dan neraka benar adanya, maka Allah akan memasukkannya ke dalam surga, sesuai amal yang telah dikerjakakannya”[4]

    Ini merupakan janji dari Allah Ta’ala untuk ahli tauhid bahwa Allah akan memasukkan mereka ke dalam surga. Ahlu tauhid adalah mereka yang bersyahadat (bersaksi) dengan persaksian yang disebut dalam hadist di atas. Maksud syahadat yang benar harus terkandung tiga hal yaitu mengucapkannya dengan lisan, mengilmui maknanya, dan mengamalkan segala konsekuensinya, tidak cukup hanya sekadar mengucapknnya saja.

    Yang dimaksud dengan  ‘alaa maa kaana minal ‘amal (sesuai amal yang telah dikerjakannya) ada dua tafsiran:

    Pertama: Mereka akan masuk surga walaupun memiliki dosa-dosa selain syirik karena dosa-dosa selain syirik  tersebut tidak menghalanginya untuk masuk ke dalam surga, baik masuk surga secara langsung maupun pada akhirnya masuk surga walau sempat diadzab di neraka.  Ini merupakan keutamaan tauhid yang dapat menghapuskan dosa-dosa dengan izin Allah dan menghalangi seseorang kekal di neraka.

    Kedua: Mereka akan masuk surga, namun kedudukan mereka dalam surga sesuai dengan amalan mereka, karena kedudukan seseorang di surga bertingkat-tingkat sesuai dengan amal shalihnya.[5]

    Ahli Tauhid Diharamkan dari Neraka

    Sungguh, neraka adalah seburuk-buruk tempat kembali. Betapa bahagianya sesorang yang tidak menjadi penghuni neraka. Hal ini akan didiapatkan oleh seseorang yang bertauhid dengan benar. Rasululllah shalallahu ‘alahi wa salaam bersabda,
    فإن الله حرم على النار من قال: لا إله إلا الله يبتغي بذلك وجه الله
    Sesunggunhya Allah mengharamkan neraka bagi orang yang mengatakan Laa ilaah illallah, yang di ucapkan ikhlas mengharapkan wajah Allah” [6]

    Pengharaman dari neraka ada dua bentuk:
    • Diharamkan masuk neraka secara mutlak, dalam arti dia tidak akan pernah masuk neraka sama sekali, boleh jadi dia mempunyai dosa kemudian Allah mengampuninya atau dia termasuk golongan orang-orang yang masuk surga tanpa hisab dan tanpa azab.
    • Diharamkan kekal masuk neraka dalam arti dikeluarkan dari neraka setelah sempat dimasukkan ke dalamnya selama beberapa waktu.
    Makna diharamkannya masuk neraka dalam hadist di atas mencakup dua bentuk ini. [7]

    Ahli Tauhid Diampuni Dosa-dosanya

    Hidup kita tidak luput dari gelimang dosa dan maksiat. Oleh karena itu pengampunan dosa adalah sesuatu yang sangat kita harapkan. Dengan melaksanakan tauhid secara benar, menjadi sebab terbesar dapat menghapus dosa-dosa kita. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salaam bersabda,
    قال الله تعالى: يا ابن آدم؛ لو أتيتني بقراب الأرض خطايا، ثم لقيتني لا تشرك بي شيئاً لأتيتك بقرابها مغفرة
    Allah berfirman: ‘ Wahai anak adam, sesungguhnya sekiranya kamu datang kepada-Ku dengan kesalahan sepenuh bumi, kemudian kamu datang kepada-Ku tanpa menyekutukan sesuatu pun dengan-Ku, maka Aku akan mendatangimu dengan ampunan sepenuh bumi pula” [8]

    Dalam hadist ini Nabi mengkhabarkan tentang luasnya keutamaan dan rahmat Allah ‘Azza wa Jalla. Allah akan menghapus dosa-dosa yang sangat banyak selama itu bukan dosa syirik. Makna hadis ini seperti firman Allah Ta’ala,
    إِنَّ اللهَ لاَيَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَادُونَ ذَلِكَ لِمَن يَشَآءُ وَمَن يُشْرِكْ بِاللهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا {48}
    Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar” (QS. An Nisaa’:48)

    Hadist ini merupakan dalil bahwa tauhid mempunyai pahala yang besar dan bisa menghapuskan dosa yang sangat banyak.[9]

    Jaminan  Bagi Masyarakat yang Bertauhid

    Kebaikan tauhid ternyata tidak hanya bermanfaat bagi individu. Jika suatu masyarakat benar-benar merealisasikan tauhid dalam kehidupan mereka, Allah Ta’ala akan memberikan jaminan bagi mereka sebagaimana firman-Nya :
    وَعَدَ اللهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِنكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي اْلأَرْضِ كَمَااسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِّن بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لاَيُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَن كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُوْلاَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ {55}
    Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS. An Nuur:45)

    Dalam ayat yang mulia ini Allah  memberikan beberapa jaminan bagi suatu masyarakat yang mau merealisasikan tauhid  yaitu :
    • Mendapat kekuasaan di muka bumi.
    • Mendapat kemantapan dan keteguhan dalam beragama.
    • Mendapat keamanan dan dijauhkan dari rasa takut.
      Pembaca yang dirahmati Allah, inilah sebagian diantara jaminan yang akan didapatkan oleh ahli tauhid. Semoga janji Allah dan Rasul-Nya di atas, semakin memotivasi kita untuk terus mempelajari tauhid dan mengamalkannya. Wallahul musta’an.

      Selesai disusun malam Rabu, 8 Rabi’ul Akhir 1431 H/23 Maret 2010, Rumah Tercinta di Kompleks Ponpes Jamilurrahman

      Penulis: Abu ‘Athifah Adika Mianoki
      Muroja’ah: M.A. Tuasikal

      Catatan Kaki:
      [1]. Lihat I’aanatul Mustafiid bi Syarhi Kitaabi at Tauhiid hal 52-53.Syaikh Shalih Fauzan. Penerbit Markaz Fajr. Cetakan kedua tahun 2003.
      [2]. H.R Bukhari dan Muslim.
      [3]. Lihat penjelasan lebih lengkap dalam Fathul Majiid hal 39-40. Syaikh ‘Abdurrahman bin Hasan ‘Alu Syaikh.Penerbit Muasasah al Mukhtar. Cetakan pertama tahun 1425 H/2004.
      [4]. H.R Bukhari 3435 dan Muslim 28.
      [5]. Lihat I’aanatul Mustafiid bi Syarhi Kitaabi at Tauhiid hal 64.
      [6]. H.R Bukhari 425 dan Muslim 33.
      [7]. At Tamhiid li Syarhi Kitaabi at Tauhiid hal 26. Syaikh Shalih ‘Alu Syaikh. Penerbit Daaru at Tauhiid. Cetakan pertama tahun 1423 H/2002.
      [8]. H.R Tirmidzi 3540.
      [9]. Al Mulakhos fii Syarhi Kitaabi at Tauhiid hal 29. Syaikh Shalih Fauzan. Penerbit Markaz Fajr.

      Studi Kritis Manhaj

      Label:

      Berikut ini sebagian link bermanfaat bagi anda yang ingin menelaah manhaj/metode beragama:

      Keindahan Islam. Ust. Yazid bin Abdul Qadir Jawas
      http://www.almanhaj.or.id/content/2043/slash/0
      http://www.almanhaj.or.id/content/2043/slash/1

      Kesempurnaan Islam. Ust. Yazid bin Abdul Qadir Jawas
      http://www.almanhaj.or.id/content/2265/slash/0
      http://www.almanhaj.or.id/content/2266/slash/0
      http://www.almanhaj.or.id/content/2267/slash/0

      Propaganda Penyatuan Agama. Lajnah Da’imah
      http://www.almanhaj.or.id/content/1943/slash/0
      http://www.almanhaj.or.id/content/1943/slash/1

      Bahaya Kristenisasi. Lajnah Da’imah
      http://www.almanhaj.or.id/content/1256/slash/0

      Keutamaan Dakwah Tauhid. Ust. Yazid bin Abdul Qadir Jawas
      http://www.almanhaj.or.id/content/2474/slash/0

      Dakwah Tauhid Pemersatu, bukan Pemecah Belah. Syaikh Shalih Al-Fauzan
      http://www.almanhaj.or.id/content/1834/slash/0

      Mungkinkah Bersatu dengan Manhaj dan Aqidah Yang Berbeda? Syaikh Shalih al-Fauzan
      http://www.almanhaj.or.id/content/1839/slash/0

      Menimbang Liberalisme Beragama. Syaikh Shalih Al-Fauzan
      http://www.almanhaj.or.id/content/2443/slash/0

      Ada Apa Dengan HAM? Syaikh Shalih Al-Fauzan
      http://www.almanhaj.or.id/content/2348/slash/0

      Kebebasan Berpikir. Syaikh Al-Utsaimin
      http://www.almanhaj.or.id/content/1392/slash/0

      Antara Taqlid dan Ittiba’. Ust. Arif Fathul Ulum
      http://www.almanhaj.or.id/content/2194/slash/0
      http://www.almanhaj.or.id/content/2194/slash/1

      Pengertian Bid’ah dan Hukumnya. Syaikh Shalih Al-Fauzan
      http://www.almanhaj.or.id/content/439/slash/0

      Bid’ah dan Niat Baik. Syaikh Ali Hasan
      http://www.almanhaj.or.id/content/2135/slash/0

      Akhir Kesudahan Ahli Bid’ah. Syaikh Musa Alu Nashr
      http://www.almanhaj.or.id/content/2274/slash/0

      Beda Antara Bid’ah dan Maslahat Mursalah. Syaikh Muhammad bin Husain Al-Jizani
      http://www.almanhaj.or.id/content/1362/slash/0

      Latar Belakang Munculnya Bid’ah. Syaikh Shalih Al-Fauzan
      http://www.almanhaj.or.id/content/450/slash/0

      Dinasihati kok Marah? Syaikh Abdul Aziz bin Baz
      http://www.almanhaj.or.id/content/2151/slash/0

      Kaidah Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
      http://www.almanhaj.or.id/content/1505/slash/0

      Membantah Ahli Bid’ah Berarti Loyal Kepada Orang Kafir? Syaikh Abdul Malik Ramadhani
      http://www.almanhaj.or.id/content/1899/slash/0

      Menyikapi Ahli Bid’ah. Syaikh Shalih Al-Fauzan
      http://www.almanhaj.or.id/content/500/slash/0

      Merubah Kemungkaran dengan Tangan
      http://www.almanhaj.or.id/content/1350/slash/0

      Mengapa Manhaj Salaf? Syaikh Salim al-Hilali
      http://www.almanhaj.or.id/content/1765/slash/0

      Wajib Mengikuti Manhaj Salaf. Ust. Yazid bin Abdul Qadir Jawas
      http://www.almanhaj.or.id/content/1547/slash/0
      http://www.almanhaj.or.id/content/1549/slash/0
      http://www.almanhaj.or.id/content/1551/slash/0

      Antara Aqidah dan Manhaj. Syaikh Ali Hasan
      http://www.almanhaj.or.id/content/1472/slash/0

      Antara Ahlus Sunnah dan Salafiyah. Syaikh Ali Hasan
      http://www.almanhaj.or.id/content/1474/slash/0

      Mengapa Harus Salafi? Syaikh Al-Albani
      http://www.almanhaj.or.id/content/909/slash/0

      Kenapa Menisbatkan Diri Kepada Salaf? Syaikh Salim Al-Hilali
      http://www.almanhaj.or.id/content/475/slash/0

      Bermadzhab Salafi adalah Bid’ah? Syaikh Shalih Al-Fauzan
      http://www.almanhaj.or.id/content/1940/slash/0

      Sejarah Hitam Perpecahan Umat. Syaikh Nashir Al-‘Aql
      http://www.almanhaj.or.id/content/569/slash/0

      Manhaj Dakwah Para Rasul. Syaikh Musa Alu Nashr
      http://www.almanhaj.or.id/content/2222/slash/0
      http://www.almanhaj.or.id/content/2222/slash/1

      Dakwah Salafiyah dan Persatuan. Ust. Ahmas Faiz
      http://www.almanhaj.or.id/content/2142/slash/0

      Belenggu-Belenggu Hizbiyah. Syaikh Ali Hasan
      http://www.almanhaj.or.id/content/786/slash/0
      http://www.almanhaj.or.id/content/786/slash/1

      Mereka Yang Berjatuhan dari Dakwah Salafiyah. Syaikh Abdul Malik Ramadhani
      http://www.almanhaj.or.id/content/810/slash/0

      Prioritas Dalam Berdakwah. Syaikh Abdul Aziz bin Baz
      http://www.almanhaj.or.id/content/661/slash/0

      Pelajaran Tentang Manhaj Salaf. Syaikh Abdullah bin Shalih Al-Ubailan
      http://www.almanhaj.or.id/content/1096/slash/0
      http://www.almanhaj.or.id/content/1100/slash/0

      Salafi Haroki? Ust. Arif Fathul Ulum
      http://www.almanhaj.or.id/content/2172/slash/0
      http://www.almanhaj.or.id/content/2172/slash/1

      Ciri Khas Haroki. Syaikh Abdul Malik Ramadhani
      http://www.almanhaj.or.id/content/1564/slash/0
      http://www.almanhaj.or.id/content/1564/slash/1

      Tiga Landasan Utama Manhaj Salaf. Syaikh Al-Albani
      http://www.almanhaj.or.id/content/816/slash/0
      http://www.almanhaj.or.id/content/816/slash/1

      Bolehkah Mengambil Kebaikan Setiap Firqah? Syaikh Abul Hasan
      http://www.almanhaj.or.id/content/179/slash/0

      Hakikat Sururiyah. Syaikh Ibrahim Ar-Ruhaili
      http://www.almanhaj.or.id/content/1492/slash/0

      Siapakah Sururi? Syaikh Musa Alu Nashr
      http://www.almanhaj.or.id/content/968/slash/0

      Ahlus Sunnah dan Terorisme. Syaikh Musa Alu Nashr
      http://www.almanhaj.or.id/content/2472/slash/0

      Wanita di Saudi Arabia? Ust. Abu Ubaidah Al-Atsari
      http://www.almanhaj.or.id/content/2059/slash/0
      http://www.almanhaj.or.id/content/2059/slash/1
      http://www.almanhaj.or.id/content/2059/slash/2

      Peran Wanita dalam Dakwah. Syaikh Abdul Aziz bin Baz
      http://www.almanhaj.or.id/content/793/slash/0

      Menuju Daulah Islamiyah. Syaikh Al-Albani
      http://www.almanhaj.or.id/content/231/slash/0
      http://www.almanhaj.or.id/content/231/slash/1
      http://www.almanhaj.or.id/content/231/slash/2

      Mengoreksi Penguasa dari Atas Mimbar. Syaikh Abdul Aziz bin Baz
      http://www.almanhaj.or.id/content/2448/slash/0

      Demokrasi dan Pemilu. Syaikh Al-Albani dan Syaikh Muqbil
      http://www.almanhaj.or.id/content/577/slash/0
      http://www.almanhaj.or.id/content/577/slash/1

      Ikut Serta dalam Parlemen. Syaikh Al-Albani
      http://www.almanhaj.or.id/content/496/slash/0

      Bolehkah Memberontak? Syaikh Abdul Aziz bin Baz
      http://www.almanhaj.or.id/content/1575/slash/0

      Taat kepada Pemimpin. Ust. Yazid bin Abdul Qadir Jawas
      http://www.almanhaj.or.id/content/2087/slash/0

      Jihad di dalam Islam. Ibnul Qayyim
      http://www.almanhaj.or.id/content/1811/slash/0

      Hakikat Jihad. Ust. Abu Qotadah
      http://www.almanhaj.or.id/content/2455/slash/0

      Kaidah-Kaidah dalam Berjihad. Syaikh Abdur Razzaq
      http://www.almanhaj.or.id/content/1888/slash/0

      Pengeboman Termasuk Jihad? Syaikh Shalih Al-Fauzan
      http://www.almanhaj.or.id/content/1386/slash/0

      Bom Syahid? Syaikh Al-Utsaimin
      http://www.almanhaj.or.id/content/1678/slash/0

      Pengeboman, Buah Pemikiran Khawarij. Hai’ah Kibar Ulama’
      http://www.almanhaj.or.id/content/1018/slash/0

      Kapan Jihad Menjadi Fardhu ‘Ain? Syaikh Al-Utsaimin
      http://www.almanhaj.or.id/content/1022/slash/0

      Bermula dari Pengkafiran, Akhirnya Peledakan. Hai’ah Kibar Ulama’
      http://www.almanhaj.or.id/content/2479/slash/0
      http://www.almanhaj.or.id/content/2479/slash/1

      Benih Takfir Dalam Tubuh Umat. Syaikh Salim Al-Hilali
      http://www.almanhaj.or.id/content/2088/slash/0

      Kafirkah Orang Yang Tidak Mengkafirkan Orang Kafir? Ust. Abu Ihsan Al-Atsari
      http://www.almanhaj.or.id/content/2190/slash/0
      http://www.almanhaj.or.id/content/2190/slash/1

      Tragedi WTC. Syaikh Abdul Aziz Alu Syaikh
      http://www.almanhaj.or.id/content/1828/slash/0

      Pemboikotan Terhadap Produk Amerika. Kumpulan Ulama
      http://www.almanhaj.or.id/content/1707/slash/0

      Bergaul dengan Orang Kafir. Syaikh Ali Hasan
      http://www.almanhaj.or.id/content/1863/slash/0

      Batasan Tasyabbuh. Syaikh Al-Utsaimin
      http://www.almanhaj.or.id/content/706/slash/0

      Mengikuti Perayaan Orang-Orang Kafir. Syaikh Shalih Al-Fauzan
      http://www.almanhaj.or.id/content/1709/slash/0

      Meminta Bantuan Kepada Orang Kafir. Syaikh Shalih Al-Fauzan
      http://www.almanhaj.or.id/content/1824/slash/0

      Al-Wala’ wa Al-Bara’. Syaikh Shalih Al-Fauzan
      http://www.almanhaj.or.id/content/881/slash/0

      Loyalitas dan Kebencian. Syaikh Shalih Al-Fauzan
      http://www.almanhaj.or.id/content/906/slash/0

      Istilah Islam Fundamentalis. Syaikh Al-Utsaimin
      http://www.almanhaj.or.id/content/1338/slash/0

      Penyerangan kepada Turis Asing. Syaikh Abdul Aziz bin Baz
      http://www.almanhaj.or.id/content/1026/slash/0

      Hukuman Bagi Teroris. Ha’iah Kibar Ulama’
      http://www.almanhaj.or.id/content/1258/slash/0

      Dampak Terorisme. Syaikh Zaid bin Hadi
      http://www.almanhaj.or.id/content/2146/slash/0

      Koreksi untuk Ikhwanul Muslimin. Ust. Abu Ihsan Al-Atsary
      http://www.almanhaj.or.id/content/1653/slash/0
      http://www.almanhaj.or.id/content/1653/slash/1

      Hakikat Tasawwuf. Syaikh Shalih Al-Fauzan
      http://www.almanhaj.or.id/content/1025/slash/0

      Koreksi Untuk Hizbut Tahrir. Syaikh Al-Albani
      http://www.almanhaj.or.id/content/174/slash/0
      http://www.almanhaj.or.id/content/174/slash/1
      http://www.almanhaj.or.id/content/174/slash/2
      http://www.almanhaj.or.id/content/174/slash/3

      Al-Albani Tidak Punya Guru? Gholib Arif Nushoiroot
      http://www.almanhaj.or.id/content/2324/slash/0

      Peringatan dari Hajr dan Tabdi’. Syaikh Nashir Al-‘Aql
      http://www.almanhaj.or.id/content/1009/slash/0

      Peringatan dari Hajr dan Tabdi’. Syaikh Abdul Aziz bin Baz
      http://www.almanhaj.or.id/content/850/slash/0

      Abdullah bin Saba’ bukan Tokoh Fiktif. Muhammad Ashim bin Musthofa
      http://www.almanhaj.or.id/content/2129/slash/0

      Sekilas Tentang Khumaini. Dr. Mani’ bin Muhammad Al-Juhani
      http://www.almanhaj.or.id/content/1785/slash/0

      Fatwa Tentang Jama’ah Tabligh
      http://www.almanhaj.or.id/content/1081/slash/0
      _________________________________________
      Sumber: http://berjihadlah.wordpress.com/studi-kritis-manhaj/
        
      Syarah Aqidah Ahlussunnah Wal Jama'ah
      Oleh: Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas

      Video Part 1

      Video Part 2
       
      Video Part 3

      Video Part 4 

      Video Part 5

      Video Part 6

      Video Part 7

      Video Part 8

      Video Part 9

      Video Part 10 (Selesai)

       
      Test © 2010 | Designed by My Blogger Themes | Blogger Template by Blog Zone